Jepara, Gesuri.id – Kali ini Ganjar Pranowo merasa lega dan bisa menghela napas karena Kusnari (83) mau menerima bantuannya.
Namun ada syarat yang diajukan mantan Gubernur Jateng dua periode itu untuk pembangunan tempat tinggal Kusnari. Ganjar meminta warga supaya pembangunan dilakukan gotong royong.
“Direwangi nggih. Disengkuyung bareng (dibantu ya, diatasi bersama),” kata Ganjar.
Ganjar mengaku salut pada Kusnari karena kepribadiannya mempertahankan prinsip tidak mau merepotkan orang lain, meskipun itu saudaranya sendiri. Dia pun berjanji akan merenovasi kediaman Kusnari.
“Besok tim turun ke sini, insya Allah Minggu depan selesai,” katanya.
Beberapa kali Kusnari (83) warga Kendengsidialit Singolelo RT 2 RW 3 Welahan Jepara tersenyum sambil terisak. Perasaannya campur aduk saat Ganjar Pranowo memasuki kediamannya yang hanya berukuran 1,5 x 4 meter.
Setelah turun dari mobil, Ganjar segera menuju tempat tinggal Kusnari. Sempat kebingungan mencari, warga pun menunjukkan tempat tinggal Kusnari yang diapit dua rumah. Setelah salaman, Ganjar pun langsung masuk dan berbincang dengan Kusnari.
Sebenarnya, tempat yang ditinggali Kusnari hanya layak disebut sebagai kamar. Selain berukuran kecil, tempat tersebut hanya memanfaatkan tembok dua rumah sebagai pembatas, ditambah triplek sebagai tutup bagian depan. Di bagian dalam hanya terdapat kasur dan almari kecil berbahan plastik.
Kondisi Kusnari tersebut sempat dimuat di beberapa media dan viral di media sosial. Salah satu netizen kemudian me-mention akun twitter @ganjarpranowo, dan Ganjar pun langsung berkunjung ke kediaman Kusnari.
“Pindah mawon dhateng panti nggih mbah. Dhateng mriki kan peteng, mboten wonten lampune, nak udan ya bocor (pindah ke panti saja ya Mbah, di sini kan gelap, tidak ada lampunya, kalau hujan juga bocor),” kata Ganjar pada Kusnari.
Namun yang ditawari hanya diam sambil menggelengkan kepala. Penolakan tersebut disambut sorak dan tawa dari warga, selah tahu jawaban apa yang diberikan Kusnari.
Tidak mau putus asa, Ganjar terus mendesak agar Kusnari bermukim dengan layak. “Misalnya tak damelke kamar dhateng ngajeng pripun?”
Tawaran Ganjar kembali ditolak Kusnari. Dia tetap bersikukuh tidak mau meninggalkan ruang 1,5 x 4 meter tersebut.
“Lha niki (sambil menunjuk dua rumah yang mengapit) omahe sinten? (rumahnya siapa?),” tanya Ganjar.
“Omahe keponakan, sedulur kabeh,” jawab Kusnari.
Kusnari memang sudah merasa nyaman dengan tempat tinggalnya tersebut. Sebelum tinggal di situ, Kusnari tinggal di desa Paren, Welahan Jepara.
Murdiyanto (30) salah satu keponakan Kusnari mengatakan, telah 20 tahun bibinya tinggal di situ dan enggan dipindah.
“Karena beliau tinggal di situ sendiri. Suami sudah meninggal, anak juga tidak ada,” katanya.
Setelah mendengar beberapa celotehan warga, kepada Kusnari Ganjar menawarkan perbaikan agar yang ditinggali Kusnari lebih layak.
“Nak misale niki tak dandani angsal mboten? Atap, lantai lan tak tumbaske kasur, rak, terus diparingi jendela,” kata Ganjar yang dibalas dengan senyum oleh Kusnari.
Tidak berhenti di situ, Ganjar juga menambahkan beberapa perabot untuk melengkapi. “Kasur purun? Kasure seng kayak apa? Sing mentul-mentul? Owalah sing kapuk?” tanyanya.