Ikuti Kami

Hamka Haq: Nuzulul Qur’an Wujud Ketakwaan yang Harus Terus Dijaga

Tanpa ketakwaan yang diresapi, masyarakat Indonesia dikhawatirkan akan teralienasi dari ideologi mereka sendiri yang mengajarkan kebertuhan.

Hamka Haq: Nuzulul Qur’an Wujud Ketakwaan yang Harus Terus Dijaga
Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia, Prof. Dr. Hamka Haq.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia, Prof. Dr. Hamka Haq menjelaskan tradisi Nuzulul Qur'an yang dilaksanakan PDI Perjuangan berangkat dari keyakinan bahwa ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa harus terus dijaga. 

"Tanpa ketakwaan yang diresapi, masyarakat Indonesia dikhawatirkan akan teralienasi dari ideologi mereka sendiri yang mengajarkan kebertuhanan," ujarnya dalam peringatan Nuzulul Quran yang dilaksanakan oleh DPP PDI Perjuangan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (11/4).

Baca: DPR Tutup Masa Sidang, Puan Soroti Kesiapan Hadapi Arus Mudik Lebaran 

Pada kesempatan yang sama, Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan budaya Islam Indonesia yang berkembang saat ini sudah sesuai dengan ajaran Islam. Sepanjang pakaian dan budaya yang dipraktekkan bangsa Indonesia sesuai dengan inti ajaran Islam, dia menyebut hal itu sudah cukup tanpa masyarakat Indonesia harus meniru atau mempraktekkan tradisi berpakaian bangsa lain. 

"Islam wasathiyyah yang harus menjadi ciri khas bangsa Indonesia mengajarkan penganutnya bersikap moderat dalam segala bidang, termasuk dalam berpakaian. Washatiyyah berarti di tengah, moderat," jelas Mahfud saat tampil sebagai penceramah 

Sementara itu, Ketua Umum PDI Perjuangan, Prof. Dr. Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR RI Puan Maharani menyaksikan perayaan Nuzulul Quran di Masjid At-Taufiq ini via zoom. Mahfud MD memberi apresiasi yang tinggi kepada PDI Perjuangan yang setiap tahun menyelenggarakan peringatan nuzulul Quran sebagai bagian dari upaya menjaga religiositas bangsa. 

Menurut Menkopolhukam, umat Islam di Indonesia harus pandai menangkap api Islam seperti yang dijelaskan oleh Bung Karno. Ia menilai api Islam adalah inti ajaran agama yang dibawa Rasulullah Muhammad itu sendiri, misalnya ajaran tentang keadilan, kedermawanan, gotong royong, atau jiwa sosial. 

"Jadi, bukan tradisi orang Arab itu yang kita ambil dan praktekkan, misalnya menggunakan gamis atau cadar, tapi bagaimana inti ajaran Islam kita laksanakan dengan baik. Perempuan Indonesia di masa lalu juga menggunakan kerudung, bukan jilbab seperti yang populer digunakan saat ini. Tentu saja saya tidak mengatakan mengambil tradisi Arab dilarang, tapi sekali lagi, mari kita cerdas mengambil inti ajaran Islam," tegas Mahfud. 

Ia memberi contoh, ada seorang perempuan yuniornya di organisasi mengejarnya untuk berfoto bersama. Perempuan itu mengenakan cadar. Usai berfoto bersama, Mahfud bertanya jika dia menggunakan cadar saat berfoto, siapa yang tahu bahwa di balik cadar itu adalah dirinya. 

"Ini contoh menarik dan lucu buat saya. Dia tidak bisa menjawab. Masa dia bercadar tapi berfoto dengan saya. Lha, siapa di balik cadar itu?" kata Mahfud disambut tawa jamaah yang hadir. 

Baca: Hasto: Tidak Benar Megawati Pilih Ganjar Jadi Capres PDI Perjuangan

Menkopolhukam menambahkan, sikap wasathiyyah ditunjukkan oleh Allah sendiri saat berkomunikasi dalam Al Quran. Kepada umat Islam, Allah menamakan dirinya Allah, sedangkan kepada umat manusia Allah menyebut Diri-nya Rabb yang berarti Tuhan. Inilah bentuk toleransi Allah kepada para hamba-Nya.

"Pancasila juga mengakui kebebasan setiap manusia, tapi kebebasan mereka dibatasi oleh orang lain. Makanya Pancasila menyebutnya keadilan sosial. Inilah wasathiyyah," jelas Mahfud MD. 

Quote