Jakarta, Gesuri.id - Peringatan Hari Ibu (PHI) diselenggarakan setiap tahun pada 22 Desember, Wasekjen Bidang Perempuan dan Anak Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik Agustina Doren mengatakan peringatan PHI merupakan momentum penting untuk merefleksikan kembali sejauh mana peran perempuan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Baca: Puan: Perempuan Harus Semakin Berdaya Demi Kemajuan Bangsa
Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-94 tahun ini mengusung tema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Agustina menilai, PHI harus direfleksikan secara total terkait penghargaan pada peran besar kaum Ibu yang memiliki andil sangat besar dalam membangun generasi bangsa yang berkualitas.
Dirinya juga menyorioti agenda utama SDGs dalam bidang perempuan dan anak dengan konsentrasi menurunkan angka kematian ibu dan balita. “Kehamilan, persalinan hingga masa kanak-kanak adalah masa kritis sehingga perlu diperhatikan lebih lanjut karena secara global, beban kematian ibu dan anak masih sangat tinggi. Pada tahun 2017 bahkan tercatat 300 ribu ibu meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan, dan lebih dari 5 juta anak balita juga meninggal setiap tahunnya,” kata Srikandi PDI Perjuangan itu.
Terkait ini, lanjutnya, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan harus memperhatikan soal ini lebih dalam lagi. Ia menegaskan bahwa, kehamilan adalah proses yang sangat berisiko tinggi dan mengancam jiwa baik ibu hingga bayi.
Agustina menyebut, hal yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya adalah memberikan fasilitas pemeriksaan antenatal yang teratur selama kehamilan bagi ibu di seluruh daerah termasuk daerah 3T. Untuk itu, Pemerintah harus terus didorong dan didukung untuk memprioritaskan ketersediaan layanan yang esensial bagi ibu dan juga bayi.
“Momen PHI harus menjadi momen kado ulang tahun bagi para ibu dan segudang persoalan mengenai ibu. Faktanya, problem kesejahteraan perempuan di Indonesia masih cukup memprihatinkan, masih banyak para ibu yang tidak mendapat jaminan kesejahteraan dan keselamatan sehingga berakibat buruk pada kondisi kehidupannya,” ungkapnya.
Dikatakannya, rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi menjadi salah satu kendala bagaimana perempuan kehilangan hak kesejahteraannya, termasuk hak mendapat pelayanan kesehatan ketika melahirkan.
“Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah komplikasi pendarahan setelah persalinan. Sementara itu kematian bayi disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, kedua hal ini terjadi tidak jauh akibat faktor kurangnya sarana prasarana kesehatan, faktor ekonomi, peran pemerintah dan masyarakat, hingga kurangnya pengetahuan tentang persalinan bagi ibu itu sendiri,” tambahnya.
Dirinya berharap, perbaikan tingkat pendidikan, ekonomi hinga geografis dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal-hal seperti perbaikan infrastruktur kesehatan desa, upaya pencegahan pernikahan dini merupakan langkah yang dapat ditempuh untuk mulai mengurangi angka kematian ibu dan anak.
“Selain itu, mengingat PHI ke 94 ini, dengan tema pemberdayaan perempuan, kita juga harus mulai mendorong pemberdayaan perempuan bahkan sejak remaja. Remaja perempuan harus sensitif terhadap persoalan perempuan termasuk melahirkan, pendidikannya harus didorong lebih tinggi hingga nantinya saat mereka menjadi ibu mereka memahami bahwa kehamilan dan persalinan memerlukan pemeriksaan dan perawatan sehingga mereka dapat menghindari resiko kematian pada ibu dan bayi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, sensitivitas masyarakat juga harus diubah, anggapan yang menyatakan bahwa kematian ibu dan bayi dianggap hal biasa dan tidak berdampak harus diubah. Seorang bapak harus mendukung pemenuhan gizi ibu hamil, sehingga saat ibu hamil kemudian mendapatkan gizi yang optimal untuk anak yang dikandungnya.
Baca: Sekjen Hasto Ingatkan Pejabat Jangan Lebih Percaya Asing
“Pemerintah juga harus terus membangun infrastruktur kesehatan yang memadai, selain itu edukasi tentang pencegahan kematian ibu dan bayi serta pernikahan dini harus gencar dilakukan. Pada akhirnya seluruh stakeholder harus bekerjasama untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak ini,” paparnya.
Persoalan pencegahan kematian ibu dan anak ini, Agustina mengajak semua pihak dioptimalkan mulai dari ibu itu sendiri, suami hingga keluarga, masyarakat, lalu kemudian peran aktif pemerintah desa hingga pemerintah pusat.
“Kesehatan ibu adalah salah satu faktor utama bagi tumbuhnya generasi emas penerus bangsa, selamat memperingati peringatan hari ibu ke-94 tahun. Perempuan berdaya memberdayakan perempuan,” tutupnya.
Kontributor: yogen sogen.