Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu meski dikabarkan memiliki riwayat sakit jantung, namun rupanya saat kolaps di pesawat menuju Palangkaraya, Kamis (19/12) lalu, ditolong oleh seorang dokter THT.
Dokter Tiara Destafia, yang kebetulan menjadi penumpang dalam penerbangan tersebut, membantu Adian dengan memasangkan tabung oksigen dan infus.
Baca: Adian Napitupulu Sudah Bisa Tersenyum
Dilansir dari kumparan, Tia, panggilan Tiara, menceritakan pengalamannya saat memberikan pertolongan pertama terhadap Adian. Saat itu, Tia mendengar pengumuman dari pramugari bahwa ada penumpang yang sakit dan butuh petugas medis.
"Diumumin lagi apakah ada di antara penumpang yang berprofesi medis," ungkap Tia, Sabtu (21/12).
Setelah mendengar pengumuman itu, Tia bertanya kepada seorang pramugari tentang kondisi penumpang yang sakit, yakni Adian. Pramugari itu menjawab Adian mengalami sesak nafas.
"Ya sudah Tia bilang, saya dokter. Waktu Tia tanya, 'bapak sesak?'. Bapak (Adian) cuma bilang ini tekanan darah rendah, saya lemas minta oksigen," cerita dokter THT dari RS Muhammadiyah Palangka Raya itu.
Wanita berusia 36 tahun itu lalu bertanya apakah Adian Napitupulu memang memiliki tekanan darah rendah, namun tidak dijawab. Akhirnya dibantu pramugari, Tia mulai memasang oksigen dan infus. Ia juga mengecek nadi Adian.
Sebelum memasang oksigen, Tia juga berusaha menekan telinga Adian dan memanggil-manggilnya. Hal itu dilakukan untuk mengukur tingkat kesadaran aktivis '98 itu.
"Sebelumnya tuh aku panggil dia, tekan telinga, 'pak, buka mulutnya pak', sambil tekan kupingnya. Buka, telan, dia berusaha buka mata tapi enggak bisa full," ujar Tia.
"Itu rangsangan sakit, karena salah satu penilaian untuk kesadaran dia masih bisa menolak dengan rangsangan sakit," imbuhnya.
Tia juga merendahkan kursi Adian dan ikut memberikan asupan gula. Ia juga beberapa kali melontarkan pertanyaan, untuk memastikan Adian masih dalam kondisi sadar.
"Tia coba kasih gula, disuapin sama pramugarinya teh manis. Diminum, ditelan. Diraba lagi masih lemas nadinya. Nah, akhirnya Tia pikir 'oh, ini sudah kalau kami sebutnya syok kali ya tensinya langsung drop'. Akhirnya ada tensi diambil sama pramugara, dibuka. Pas ditensi di bawah 90," jelasnya.
Wanita berusia 36 tahun itu lalu bertanya apakah Adian Napitupulu memang memiliki tekanan darah rendah, namun tidak dijawab. Akhirnya dibantu pramugari, Tia mulai memasang oksigen dan infus. Ia juga mengecek nadi Adian.
Sebelum memasang oksigen, Tia juga berusaha menekan telinga Adian dan memanggil-manggilnya. Hal itu dilakukan untuk mengukur tingkat kesadaran aktivis '98 itu.
"Sebelumnya tuh aku panggil dia, tekan telinga, 'pak, buka mulutnya pak', sambil tekan kupingnya. Buka, telan, dia berusaha buka mata tapi enggak bisa full," ujar Tia.
"Itu rangsangan sakit, karena salah satu penilaian untuk kesadaran dia masih bisa menolak dengan rangsangan sakit," imbuhnya.
Tia juga merendahkan kursi Adian dan ikut memberikan asupan gula. Ia juga beberapa kali melontarkan pertanyaan, untuk memastikan Adian masih dalam kondisi sadar.
"Tia coba kasih gula, disuapin sama pramugarinya teh manis. Diminum, ditelan. Diraba lagi masih lemas nadinya. Nah, akhirnya Tia pikir 'oh, ini sudah kalau kami sebutnya syok kali ya tensinya langsung drop'. Akhirnya ada tensi diambil sama pramugara, dibuka. Pas ditensi di bawah 90," jelasnya.
Ia juga memastikan Adian tidak sesak nafas, karena nafasnya cukup teratur. Tia juga enggan berasumsi apakah Adian mengalami serangan jantung, karena saat itu banyak kemungkinan bisa terjadi.
Tia yang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya itu tidak berani terlalu intervensi karena tak mengetahui riwayat penyakit Adian. Termasuk soal penyakit jantung.
"Tapi saat itu banyak kemungkinan, bukan cuma jantung. Karena dia tensinya drop, nadi lemah, aku pikir bantu pasang infus dulu. Intinya itu. Karena aku tidak tahu banyak riwayat dia, jadi enggak berani intervensi lain," tutur dia.
Ibu satu anak ini memang tak lama mendampingi Adian, karena pesawat akan landing. Setibanya pesawat di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, Adian sudah diserahkan sepenuhnya kepada tim kedokteran bandara.
"Enggak (dampingi), karena langsung diambil alih tim dokter di bandara. Jadi waktu landing, langsung tim kesehatan masuk pesawat, ambil lalu angkat dia ke ambulans," ucap Tia.
Pengalaman Tia memberi bantuan pertolongan pertama kepada Adian memberi kesan tersendiri. Sebab, ia tak pernah dalam posisi menolong penumpang di pesawat.
Sekali pun menolong pasien dalam kondisi darurat, ia terbiasa melakukannya di ruang UGD dibantu rekan sesama petugas medis dan alat bantu.
"Ya sudah, apa yang aku kerjain karena aku dokter aku berusaha. Kalau hasilnya baik alhamdulillah. Tak ada yang lebih dari itu, tak ada. Karena Tia sudah berusaha," ungkap wanita asli Sumatera Selatan ini.
Ia juga telah dihubungi oleh pihak keluarga Adian. Mereka ingin bertemu Tia karena sudah menolong Adian, namun belum sempat karena terbentur jadwal operasi.
Sebelumnya staf Adian Napitupulu, Musyafaur Rahman, menceritakan Adian ditolong oleh dr. Tiara setelah merasakan dadanya sesak dan matanya berkunang-kunang.
"Ucapan terima kasih kita sangat mendalam kepada dokter THT RS Muhammadiyah Palangka Raya, Tiara Destafia, dia kebetulan menjadi penumpang di pesawat Garuda. Beliau yang memberikan pertolongan secara medis kepada Bang Adian di pesawat, sehingga kondisinya stabil dan tidak memburuk," tutur Musyafaur, Kamis (20/12).
Baca: Adian Kolaps, Ini Nasehat Eva Sundari
Saat ini, Adian masih dirawat intensif di RS Siloam Kebon Jeruk. Kondisinya juga sudah berangsur stabil.
Musyafaur mengatakan Adian memang memiliki riwayat penyumbatan jantung pada 2013 silam.
Saat serangan pertama kala itu, dokter Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, harus memasang 2 ring di jantung Adian. Serangan jantung kembali terjadi pada Pilpres 2019. Saat itu, jantung Adian harus kembali dipasangi 3 ring tambahan oleh dokter di rumah sakit tersebut.