Sidoarjo, Gesuri.id - Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember adalah momen untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat Indonesia bahwa Hari Ibu adalah hari kebangkitan dan perjuangan kaum perempuan di seluruh Indonesia.
Baca: Galau UMP DKI, 76 Orangnya Anies Digaji Rakyat Apa Kerjanya?
Tetapi di Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah di Jawa Timur yang mengalami kasus terbanyak dalam Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Menurut Politisi PDI Perjuangan Sidoarjo Sudjalil, banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi belakangan ini.
Menegaskan telah terjadi darurat kekerasanl di Sidoarjo. Sehingga menjadi suatu keharusan dan menjadi perhatian dari Pemkab Sidoarjo untuk bisa minimal mengurangi kasus perempuan dan anak.
“Ketika masih banyak perempuan yang mengalami kekerasan dalam bentuk apapun, seperti fisik, psikis, dan seksual maka ini cermin bahwa negara kita masih jauh dari kata merdeka, sehingga kepedulian dari pemerintah sangat dibutuhkan,” tegas Ketua Bapemperda DPRD Kab.Sidoarjo, Sudjalil.
Selain itu, Sudjalil Ketua Bapemperda DPRD Kab.Sidoarjo, juga mengatakan bahwasanya masalah kekerasan ini merupakan masalah kompleks yang harus ditangani secara bersama. Karena banyak faktor, seperti masalah Ekonomi, Lingkungan Pendidikan, pemahaman tentang hukum, bahkan Kultur dari masyarakat itu sendiri. Maka dari
“Masalah-masalah itu harus terakomodir dalam Raperda itu. Karena itu kami mendorong pada Pemkab untuk membentuk tim kajian terkait hal ini. Cari dulu faktor-faktor penyebabnya, setelah itu baru diformulasikan solusinya,” Ucap Sudjalil Anggota DPRD Sidoarjo dari Fraksi moncong putih tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kepala unit pelayanan teknis daerah perlindungan perempuan dan anak (UPTD PPA) Sidoarjo Prastiwi Trijanti mengatakan, pihaknya telah memasifkan sosialisasi ke masyarakat, sekolah hingga ponpes melalui kampanye bersama lindungi anak (Berlian).
"Berbagai program sudah kita sosialisasikan. Kita juga bersinergi dengan dinas dan penegak hukum untuk menghimbau dan menekan terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak," kata Trijanti.
Selain itu, Prastiwi Trijanti menambahkan dalam penanganan kasus sendiri tidak mengalami kendala dan memang banyaknya kasus terjadi karena masalah ekonomi dan Lingkungan.
"Adapun faktor penyebab karena faktor ekonomi tidak adanya keharmonisan Rumah tangga. Untuk kekerasan terhadap anak dampak dari pengunaan hp atau internet yg kurang kontrol, sehingga akhir2 ini pelecehan seksual dan pencabulan pada anak meningkat. Serta UPTD PPA dalam penanganan kasus tidak mengalami kendala," ucap Prastiwi Trijanti.
Baca: Ketua KPK Keluar Jalur Bicara Presidential Threshold
Berikut data kekerasan kepada perempuan dan anak menurut Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) tahun 2021.
Sidoarjo : 162 Kasus
Jember : 124 Kasus
Kota Surabaya : 78 Kasus
Nganjuk : 73 Kasus
Tuban : 62 Kasus
Malang : 57 Kasus
Bojonegoro : 56 Kasus
Probolinggo : 55 Kasus.
Magetan : 49 Kasus
Jombang : 47 Kasus.
Kota Malang : 46 Kasus
Gresik : 44 Kasus
Lamongan : 43 Kasus
Probolinggo : 43 Kasus
Pamekasan : 42 Kasus
Sampang : 42 Kasus
Lumajang : 40 Kasus
Madiun : 39 Kasus.
Mojokerto : 37 Kasus.
Blitar : 36 Kasus
Ponogoro : 34 Kasus
Pasuruan : 27 Kasus
Situbondo : 26 Kasus
Ngawi : 25 Kasus
Banyuwangi : 23 Kasus
Kediri : 22 Kasus
Bangkalan : 21 Kasus
Mojokerto : 21 Kasus
Trenggalek : 21 Kasus
Kota Blitar : 17 Kasus
Pacitan : 17 Kasus
Madiun : 16 Kasus
Bondowoso : 15 Kasus
Pasuruan : 14 Kasus
Batu : 10 Kasus
Tulungagung : 5 Kasus
Sumenep : 4 Kasus
Kediri : 3 Kasus
Di Provinsi Jawa Timur sendiri, jenis kekerasan pada fisik menjadi terbanyak yaitu 607 kasus, disusul dengan kekerasan pada psikis 570 Kasus dan seksual sebanyak 522 Kasus. Pelaku terbanyak lebih didominasi oleh kaum lelaki lebih dari 80% Serta terjadi terbanyak di lingkungan rumah tangga.