Ambon, Gesuri.id - Anggota DPR RI dapil Maluku Mercy Chriesty Barends, menegaskan semua konflik sosial yang selama ini terjadi di Maluku sudah saatnya diselesaikan dengan baik dengan mengutamakan local wisdom (kearifan lokal) sebagai orang basudara.
Baca: Rafiq: Banteng Sumbawa Siap Kampanyekan Puan Capres 2024
Penegasan ini disampaikan usai tampil dalam kegiatan sosialiasi empat pilar MPR RI yang digelar bekerjasama dengan Yayasan Walang Perempuan, bertempat di ruang Banda Naira 1, lantai II, Swiss-Belhotel Ambon, Selasa (31/5).
Mercy mengatakan, konflik sosial ini menjadi salah satu tujuan dari digelarnya sosialisasi empat pilar kebangsaan yang saat ini berlangsung di Ambon.
Untuk itu, sosialisasi empat pilar kebangsaan sangat penting dilakukan dalam rangka memberikan penguatan kebangsaan yang salah satu poinnya adalah menyelesaikan berbagai persoalan yang ada dalam bangsa ini, khususnya di Provinsi Maluku ini.
"Kalau masih ada konflik sosial yang terjadi di Maluku, maka saya kira sudah saatnya kita semua menyelesaikannya dengan pendekatan-pendekatan yang jauh lebih baik melalui nilai adat dan budaya kita sebagai orang basudara," tuturnya.
"Jangan kemudian konflik di Maluku ini berkepanjangan lalu kesatuan kita terpecah belah, pasti akan menggangu persatuan yang ada di Indonesia juga," tambah Mercy.
Menurut anggota komisi VII DPR RI ini, sosialisasi empat pilar kebangsaan ini juga dalam konteks pengentasan kemiskinan. Sebab, Berbicara tentang konsep Pancasila maka di dalamnya ada filosofi yang abstraks.
Suasana Ambon, pasca-kerusuhan berdarah di kota Ambon, Maluku pada pertengahan Agustus 1999. (KOMPAS/Yunas Santhani Azis)
Untuk itu, yang harus diterapkan dalam kerja-kerja nyata adalah ideologi demi pengentasan kemiskinan untuk mensejahterakan rakyat.
"Bagaimana Pancasila ini dapat bekerja, mari kita semua melakukan yang terbaik. Tadi saya menyampaikan percakapan dalam diskusi kita bahwa kesadaran kritis kita sebagai warga negara, kesadaran kita memang harus betul-betul kita kuatkan," ungkapnya.
Dikatakan, empat pilar kebangsaan terdiri dari Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusi serta Ketetapan MPR RI, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Bentuk Negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
"Dari kesimpulan empat pilar itu, maka kita harus saling menghargai dengan warga negara lain, menghormat setiap warga negara, tidak bisa seenaknya berbuat. Jangan mentang-mentang kita mayoritas lebih kuat lalu lebih berkuasa. Karena NKRI ini dibangun dalam satu prinsip kebersamaan," jelas MCB.
Ia menambahkan, satu komponen bangsa di Indonesia tidak akan mungkin bisa meruntuhkan Indonesia hanya karena dia mayoritas, atau mengalahkan yang lain hanya karena di mayoritas.
“Negara ini lahir bukan karena satu golongan agama atau suku mayoritas tertentu, semua saling bahu membahu untuk membangun Indonesia Raya," tambahnya.
Mercy berharap, kedepan harus ada narasi baru yang sifatnya membangun dan mensejahterakan atau narasi yang berbicara mengelola Sumber Daya Alam (SDA) demi mengentaskan kemiskinan dan membangun daerah.
Baca: Ratusan CPNS Mundur, PR Besar Dengan Keterbatasan Anggaran
"Narasi ini kalau terus digaungkan lewat media sosial, maka semua orang terdorong akan masuk dalam satu narasi ini. Kita harus hindari bertikai dan hindari sekat-sekat. Generasi muda kita harus cerdas dan jangan mau di adu domba. Ini menjadi tantangan bagi kita orang Maluku," pungkasnya.
Selain Mercy Barends, hadir dalam kegiatan ini adalah anggota Badan Sosialisasi MPR RI sebagau narasumber di antaranya, H. Moh. Arwani Thomafi, Arteria Dahlan, S.T., S.H., M.H, Moreno Soeprapto, S.Sos, Mohammad Saleh, S.E, Hj. Nur Nadlifah, S.Ag., M.M, Dr. H. Al Muzamil Yusuf, M.Si, Dr. Badikenita BR Sitepu, S.E., M.Si, dan Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes.
Sementara kegiatan sosialisasi empat pilar ini digelar secara bersamaan Dengan menghadirkan sebanyak 300 peserta yang terdiri dari dari perwakilan OKP, perwakilan organsiasi lintas agama, perwakilan pemuda lintas agama, perwakilan organsiasi perempuan lintas agama, ibu ibu papalele dan jibu-jibu, perwkailan tukang ojek, para tukang becak dan mobil rental dan petugas kebersihan kota, dan LSM. Dilansir dari beritabeta.com.