Jakarta, Gesuri.id - Salah satu jurus jitu untuk menguatkan kembali nilai tukar rupiah adalah meningkatkan ekspor. Sementara ekspor yang bisa ditingkatkan adalah sektor pertanian.
Baca: Eva: Depresiasi Rupiah Jangan Dijadikan “Bola Politik”
Anggota Komisi IV DPR Ono Surono menjelaskan bahwa sepanjang pekan ini, rupiah lemah melawan dolar AS. Nilai tukarnya anjlok, sampai menyentuh Rp 15.000 per dolar AS.
Dalam perdagangan Jumat (7/9), rupiah memang sudah sedikit menguat. Angkanya sudah meninggalkan Rp 14.900 per dolar AS. Namun, upaya untuk menguatkan rupiah tidak boleh berhenti. Makanya, peningkatkan ekspor harus terus dilakukan.
“Kita kan punya punya potensi di pertanian dan perikanan yang luar biasa. Makanya, ini perlu didorong dari sisi produksi untuk kemudian bisa diekspor,” ucap Ono Surono, di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian memang menjanjikan. Selama kurtal II-2018, kenaikan ekspor pertanian menjadi paling tinggi dibanding sektor lain. Kenaikannya mengalahkan sektor migas dan manufaktur. Kontribusi sektor pertanian dalam menyumbang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) juga paling tinggi, mencapai 9,93 persen.
Ono mengakui, ekspor produk pertanian tidak mudah. Banyak regulasi yang diterapkan negara-negara tujuan. Namun, dia memandang hal itu sudah tidak masalah. Buktinya, saat ini Indonesia sudah mampu mengekspor jagung, beras jenis tertentu, bawang merah, buah-buahan, telur, ayam, dan yang lainnya ke berbagai negara.
“Hal ini menunjukkan bahwa produk pertanian kita sudah mampu bersaing dengan negara-negara lain,” kata politisi PDIP ini.
Jika ekspor tersebut digenjot, Ono yakin, kesejahteraan petani bakal meningkat. Sebab, hasil produk mereka bisa laku dengan harga yang baik.
Ono menambahkan, kenaikan dolar AS tidak selalu menjadi musibah. Kenaikan itu juga bisa menjadi berkah. Asalkan dimanfaatkan dengan baik. Dia lalu mengenang krisis moneter 1998. Meski saat itu rupiah begitu anjlok, banyak petani justru mendapat berkah.
Baca: Caleg PDI Perjuangan: Krisis Rupiah dan Persatuan Bangsa
“Termasuk pembudidaya udang. Sebab, udang yang awalnya hanya Rp 60 ribu per kilogram, naik hampir tiga kali lipat menjadi Rp 150 ribu per kilogram. Kenaikan itu didorong dolar yang mencapai Rp 16.000 per dolar AS. Semua masyarakat pesisir dan petani kita merasakan betul (berkahnya). Banyak yang menjadi kaya,” tambah dia.