Mekkah, Gesuri.id - Anggota panwas DPR-RI dari fraksi PDI Perjuangan Tuti Nusandari Roosdiono melakukan monitoring terhadap pelayanan haji dengan melihat langsung sebagian pemondokan di kawasan Misfalah yang ditempati Jamaah haji Indonesia.
Baca: Semangat Iduladha, PDI Perjuangan Karawang Potong 3 Ekor Hewan Kurban
Selain itu beliau juga melakukan serangkaian pertemuan langsung dengan jamaah haji baik pada skala kecil maupun besar. Demikian disampaikan Tuti dalam keterangan resminya yang diterima gesuri.id, Sabtu (24/6).
"Kami ingin mengetahui secara langsung kondisi jamaah dan bagaimana pelayanan panitia kepada mereka. Maka kami sengaja blusukan menemui mereka agar bisa melihat kondisi riilnya kondisi secara dekat," terang ibu Tuti N Roosdiono.
"Pada skala kecil kami menyapa sebagian jamaah yang ada di hotel 1013 dan 1009 kawasan Misfalah, menanyakan kondisi pelayanan hotel dan terutama kesehatan dari petugas kloter dan klinik satelite. Hal Ini penting karena sesuai bidang komisi IX yang saya duduki. Apalagi kesehatan ini bersentuhan langsung dengan kesempurnaan pelaksanaan haji. Pada skala ini Kami menjumpai respon yang baik dari para tim kesehatan walaupun dengan peralatan dan kondisi terbatas. Mungkin tahun depan mulai dipikirkan klinik satelite yang lebih berstandar walaupun tidak sama dengan KKHI sebagai klinik rujukan," tambah ibu Tuti.
Pada skala besar, ujarnya, pihaknya berkumpul dengan jamaah haji asal kabupaten Kendal yang kebetulan berada dalam satu hotel no. 1009 di Misfalah bersama sebagian jamaah asal Semarang dan Wonosobo.
"Kami melihat suasana kekeluargaan yang kompak diantara mereka dan semangat tinggi dalam melaksanakan ibadah. Kasihan dong kalau potensi begini tersia-siakan karena ada problem apalagi cela dalam pelayanan panitia maupun aktab," imbuh ibu Tuti dalam paparannya.
Jumlah jamaah lansia di hampir tiap kloter memang memunculkan 'drama' tersendiri. Dari sini panitia di semua wilayah dan tingkat memang harus ekstra mengawasi. Sebab penyakit ringan untuk orang muda biasanya menjadi berat untuk lansia. Batuk pilek mungkin saja sangat mengganggu bagi mereka.
Sehingga ibadahpun menjadi kurang khusyu dan maksimal. Ini yang saya rasa perlu konsep lebih khusus dalam melindungi mereka. Kemudian saya mengetahui ada beberapa anjuran dan keharusan via wa maupun tempelan yang mesti dilakukan oleh para panitia haji maupun jamaah untuk melindungi lansia. Disini saya acungi jempol untuk mereka. Demikian menurut ibu Tuti.
Untuk pelayanan kesehatan setidaknya ada 6 layanan Kesehatan yang diberikan oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M. Yaitu: Pertama, Tenaga Kesehatan Haji (TKH) di masing-masing kloter haji yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 perawat.
TKH ini melekat di setiap kloter untuk memberikan layanan yang bersifat medis hingga rujukan, promotif dan preventif, serta pengawasan sanitasi dan makan. Kedua, tim promosi kesehatan yang bertugas untuk memberikan penyuluhan deteksi dini dan perlindungan spesifik kepada jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.
Ketiga, tim kegawatdaruratan medik yang fokus melaksanakan deteksi dini kegawatdaruratan dan memberikan pelayanan respon kegawatdaruratan di klinik sektor, sektor khusus, hingga Arafah dan Mina. Keempat, kantor kesehatan haji (KKHI) yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan di 3 daerah kerja (Daker) yaitu Makkah, Madinah, dan Bandara. Kelima, tim sanitasi dan pengawasan makanan yang bertugas untuk inspeksi kesehatan lingkungan, penyelidikan surveilans dan penanganan KLB di KKHI dan penginapan jemaah haji, hingga pengawasan makanan di dapur catering. Keenam, Tim Obat dan Perbekalan Kesehatan yang memastikan pengadaan, pengelolaan, dan distribusi obat serta perbekalan Kesehatan.
"Adapun dalam layanan katering, menurut kami itu sudah sangat cukup dengan jatah tiga kali sehari. Sebagian jamaah malah mengaku ada yang tidak kemakan karena alasan kenyang. Namun yang mungkin perlu diperhatikan untuk berikutnya adalah masalah lauk yang perlu penambahan sayur. Paling tidak tiga atau empat kali dalam seminggu supaya menjadi penyeimbang asupan daging yang lebih dominan," jelas politisi asal Jawa Tengah itu.
Untuk layanan tranportasi dengan bus shalawat yang beroperasi dua puluh empat jam di depan hotel, kami hanya bisa mengomentari dengan satu kata 'mantap', semoga bisa menjadi pemicu kepuasan jamaah terhadap pelayanan bidang lainnya. Kami mendengar testimoni mereka tentang ini, bahwa besarnya ongkos taksi saat mereka menggunakan jasa ini menjadi inspirasi betapa besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk bepergian ke masjidil haram.
Terakhir tentang pelayanan pihak hotel kami melihat kemiripan dengan beberapa yang terjadi di hotel lain. Masalah yang dihadapi adalah AC yang mati pada sebagian kamar, kerusakan fasilitas mandi, sprei yang tidak diganti kecuali setelah diminta. Ketika diminta petugas maupun jamaah menghadapi kendala bahasa untuk komunikasi sehingga terkadang membutuhkan waktu lagi.
Dan terbaru kami mendengar ada beberapa maktab yang agak bermasalah dalam memberikan janji kepada petugas kloter dalam kegiatan survei ARMUZNA. Ada yang terlaksana ketika waktu sudah mepet dan itupun hanya di lokasi arafah. Adapun di lokasi mina banyak yang sampai hari ini belum diketahui. Padahal data yang diperoleh oleh petugas kloter dari survei tersebut sangat berguna untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam kualitas pelayanan kepada jamaah.
Baca; Ono Surono: PDI Perjuangan Jabar Siapkan 14 Ekor Sapi untuk Disembelih
Disela-sela acara peninjauan untuk meramaikan suasana dan menghibur para jamaah Ibu Tuti memberikan Kuis yang berkaitan dengan Persoalan Pelayanan Haji, ada sekitar 20 Pertanyaan dan bagi jamaah yang bisa menjawab satu pertanyaan mendapatkan hadiah 50 riyal. Jamaah merasa terhibur dan sangat mengapresiasi acara selingan tanya jawab yang mengedukasi sehingga dapat lebih memahami dan mendalami hal-hal yang berhubungan dengan Naik Haji.
Dalam kegiatan monitoring tersebut Ibu Tuti N Roosdiono di dampingi oleh petugas kloter 28 SOC Mukhlis Syafiq dan Gus Ulinuha Shodiq.
"Sekali lagi kami sampaikan maturnuwun ingkang katah kepada Duo bersaudara Gus Mukhlis dan Gus Nunu yang telah mendampingi kami dalam kegiatan monitoring ini", pungkas Ibu Tuti Nusandari Roosdiono.