Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR RI Puan Maharani berbicara soal perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan implikasinya bagi perempuan yang mungkin tertinggal dalam bidang tersebut saat konferensi anggota parlemen perempuan dunia di Jenewa, Swiss.
Puan mengatakan perkembangan AI tidak hanya memberikan peluang besar pada kemajuan manusia, tetapi juga berpotensi membawa tantangan yang sangat besar.
"Dalam hal ini, saya percaya bahwa AI harus diatur secara komprehensif," kata Puan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (24/3).
Adapun kegiatan yang bertajuk Forum of Women Parliamentarians Inter-Parliamentary Union (IPU) tersebut dihadiri oleh 145 delegasi parlemen berbagai negara. Ada 55 ketua parlemen yang turut menjadi peserta konferensi dari 180 negara anggota IPU.
Politikus dari PDI Perjuangan itu mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak masih menjadi kelompok yang paling terkena dampak dan paling rentan selama konflik dan perang meskipun ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan.
Di hadapan forum, Puan mengungkapkan sebanyak 67 persen dari korban konflik yang terjadi di Gaza baru-baru ini diketahui merupakan perempuan dan anak-anak. Mereka diserang secara brutal, dibunuh, dan menjadi sasaran pasukan Israel.
"Ini merupakan peringatan yang menyakitkan bagi komunitas global untuk berinvestasi lebih banyak pada agenda perempuan, perdamaian, dan keamanan," kata dia.
Ia menyebut pemberdayaan perempuan dalam isu AI sangat penting karena perempuan merupakan setengah dari populasi dunia.
Menurut dia, perempuan merupakan bagian integral dari solusi dan agen perdamaian yang efektif.
Untuk itu, Puan mengajak para pemimpin perempuan yang ada pada forum tersebut untuk mengambil tindakan yang nyata.
Ketua DPR RI ini memandang perlu seluruh pihak mendorong kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian.
"Demikian pula, harus memastikan bahwa perempuan terlibat aktif dalam pengembangan AI," kata dia.
Dengan melakukan hal itu, menurut Puan, perempuan akan memahami dampak kecerdasan buatan, termasuk senjata otonom bagi diri mereka sendiri.
Ia mengatakan bahwa DPR RI tidak hanya menyuarakan kepentingan nasional Indonesia, tetapi juga bakal merespons berbagai tantangan global bersama IPU.
"Sebagai parlemen, adalah tugas kami untuk memastikan bahwa perempuan ikut serta dalam perundingan perdamaian," katanya.