Jakarta, Gesuri.id - Puan Maharani menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sejak 2019.
Puan yang juga ketua DPP PDI Perjuangan itu berhasil mengantongi 404.034 suara di daerah pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V pada pemilihan legislatif (Pileg) 2019.
Baca: Puan: Capres PDI Perjuangan di Pemilu 2024 Tak Harus Saya
Puan pun dilantik menjadi Ketua DPR RI pada 1 Oktober 2019 lalu.
Selama menjabat sebagai Ketua DPR RI, Puan Maharani mengaku mendapat sejumlah kritikan dari masyarakat. Di mana, dia dinilai tak bekerja maksimal selama menjadi orang nomor satu di Parlemen Senayan itu.
Puan pun angkat bicara soal kinerjanya yang dikritik oleh masyarakat. Menurutnya, DPR RI di era kepemimpinannya telah bekerja secara maksimal.
Hal itu diungkapkan Puan Maharani saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Ruang Ketua DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (11/1).
Berikut jawaban Puan Maharani:
Ya setelah kemudian saya dipercaya dan diberikan amanah sebagai Ketua DPR, saya kemudian berusaha membangun menjadi DPR yang terbuka. Bisa menerima aspirasi rakyat.
Tentu saja dengan cara waktu itu kan beberapa kemudian setelah saya dilantik sebagai Ketua DPR kan Covid, pandemi Covid. Jadi kita hanya bisa zoom.
Di Zoom pun saya membuka DPR untuk bisa dilihat oleh publik. Jadi kalau dalam pembahasan-pembahasan itu saya minta publik bisa memberikan masukannya apa saja yang bisa diterima dan tidak bisa diterima.
Dan tentu saja yang namanya masuk ke rumah itu di mana-mana ada aturan yang nggak bisa masuk nyelonong aja. Misalnya, menuliskan surat minta izin, teriak-teriak di depan sana misalnya begitu, tetapi memaksa masuk dia, tidak bisa.
Jadi saya membuka DPR terbuka untuk publik atau rakyat, tapi dengan aturan. Setelah kemudian sekarang pandemi Covid-19 sudah berkurang, apalagi ke depannya sudah mulai aturan PPKM itu dibuka bisa berkumpul.
Kemarin saja dalam pembahasan-pembahasan undang-undang, bahkan saya membuka satu ruangan untuk masyarakat atau perwakilan dari masyarakat untuk mengikuti jalannya pembahasan dari setiap undang-undang.
Jadi mereka baru tahu 'Mbak saya baru tahu ternyata membahas undang-undang itu tidak segampang itu. Ada pro kontra melibatkan 9 fraksi, bahkan anggota DPR'.
Kadang-kadang anggota DPR punya hak untuk bicara, walaupun itu berdasarkan dari satu fraksi belum tentu semuanya menyatakan hal yang sama kecuali nanti kemudian fraksinya menyatakan menyetujui satu hal baru semuanya menyetujui, tapi anggota DPR punya hak untuk menyampaikan terlebih dahulu jadi begitu.
Makanya bukannya kalau membahas undang-undang itu hari ini bisa atau hari ini akan dibahas, besok harus selesai itu perlu proses yang panjang.
Jadi kemudian kenapa saya membuka diri, supaya masyarakat paham bahwa sekarang saya meminta agar ada mahasiswa-mahasiswa ikut program Merdeka Belajar.
Jadi masuk ke sini supaya mereka juga bisa melihat teman-teman mahasiswa. Ini ada adik mahasiswa ini bagaimana sih rapat paripurna, bagaimana rapat di komisi, bagaimana sih pembahasannya.
Apakah kalau mereka nanti tidak lagi di depan menyampaikan aspirasinya enggak kita dengar, kita dengar, tetapi tidak mungkin hari itu selesai karena ada mekanisme dan hal-hal yang kita lakukan.
Kemudian semua kebijakan ada di sini. Saya juga baru memahami bahwa kebijakan apa yang dapat dilakukan pemerintah harus disetujui oleh DPR atau dibahas bersama dengan DPR.
Kalau kemudian di masa lalu dianggap bahwa DPR tidak bekerja dan lain sebagainya. Itu persepsi itu yang kami di DPR ingin merubah hal tersebut.
Cuma tentu saja mengubah sesuatu hal itu perlu masa transisi. Tidak bisa saya buat satu tahun selesai dua tahun, selesai.
Jadi kalau kemudian karena kebijakannya selalu ada di sini dan kenakalan kebijakan-kebijakan tersebut tidak sesuai dengan harapan rakyat jadi dianggap DPR tidak bekerja DPR itu tidak melakukan apa-apa.
Mungkin karena itulah kemudian dinyatakan bahwa DPR merupakan salah satu lembaga yang dianggap tidak kredible. Makanya itu persepsi seperti itu yang kami di DPR berusaha dengan teman-teman yang lain untuk membuka secara luas, apa sih sebenarnya DPR itu.
Ya kadang-kadang saya suka baca juga kemudian ada yang menyampaikan, katanya Mbak ini gini..gini..gini Mbak digini-giniin. Pemimpin Itu nggak mungkin semuanya senang. Pemimpin itu dalam menjalankan tugas-tugas dan kerjanya masih ada pro dan kontra.
Buat saya selama saya merasa saya melakukan hal yang terbaik, yang bisa saya lakukan saya tetap jalan terus. Jadi tidak kemudian merasa ciut karena haters.
Saya jadi banyak atau di-bullying nggak karena saya merasa sudah melakukan sesuatu yang menurut saya memang saya lakukan untuk rakyat untuk DPR dan yang terbaik untuk yang saya bisa lakukan.
Sebagai manusia, saya tidak mungkin sempurna. Jadi tidak mungkin semua keinginan dari masyarakat itu bisa saya penuhi.