Ikuti Kami

Renungi, Ini Makna Filosofi Bung Karno Pegang Pacul

“Bung Karno pegang Patjul. Simbol Marhaen dan Filosofi Jawa. Terkandung makna sejati dan tidak sembarangan”.

Renungi, Ini Makna Filosofi Bung Karno Pegang Pacul
Presiden pertama Indonesia Soekarno sedang memegang sebuah pacul atau cangkul.

Kab Kebumen, Gesuri.id - Ketua DPC PDI Perjuangan Kebumen, Saiful Hadi memegang teguh makna filosofi orang Jawa. 

Baca: Hasto: Laporan Ubedillah Terkait Partai Politik Tertentu

Ia mengamati foto Presiden pertama Indonesia sedang memegang sebuah pacul atau cangkul. Baginya foto itu syarat dengan makna jika masyarakat mau memahami sesuatu yang terkandung.

“Bung Karno pegang Patjul. Simbol Marhaen dan Filosofi Jawa. Terkandung makna sejati dan tidak sembarangan,” ungkap Saiful, Minggu (16/1).

Secara kasat mata cangkul sebatas nama alat pertanian tradisional untuk menggarap sawah. Menurutnya makna yang terkandung dalam foto tersebut begitu dalam. Terdapat ajaran luhur berisikan pedoman dan tuntutan dalam mengarungi kehidupan ini.

“Patjul perkoro papat sing ora keno ucul. Artinya harus jangkep memiliki keempat sifat yang tidak boleh lepas satu dengan lainnya, karena semuanya saling berhubungan satu sama lain,” ucapnya.

Dalam arti tersebut, terdapat empat bagian yang tidak boleh terpisahkan yaitu: doran, tandhing, bawak dan landhep. Yang ke-empat itu juga memiliki kandungan arti yang begitu dalam.

“Kalau dicermati bangsa ini begitu kaya. Manifestasi bangsa kita dari peninggalan leluhur menunjukan bangsa kita ini besar,” tutur Saiful Hadi.

Baca: Prabowo-Jokowi di Pilpres 2024, Hasto: Itu Sangat Dinamis

Doran yang merupakan gagang pacul ini memiliki arti aja maido Pangeran atau sebagai makhluk jangan membantah Tuhan. Kemudian Tandhing yang berarti ganjal yang ‘mengikat’ bagian tangkai dan mata pacul agar kuat dan tidak mudah lepas. Selanjutnya Bawak yaitu ‘Obahing Awak’ atau tubuh yang bergerak. Terakhir Landhep yang merupakan bagian mata pacul bagian depan yang sangat tajam. Artinya pikiran harus selalu tajam dan terus diasah agar berdaya guna.

“Benih-benih dari Bung Karno tentang Marhaenisme lahir dari seorang petani yang dalam keseharian dekat dengan pacul,” terang Saiful Hadi.

Quote