Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPP PDI Perjuangan Jawa Timur (Jatim) Said Abdullah mengajak masyarakat untuk dapat memaknai Ramadan dengan memiliki sikap mental untuk terus berbagi dan peduli.
“Aktivitas Ramadhan, terutama puasa menahan lapar dan haus, harusnya mengalirkan perasaan empati untuk ikut merasakan rasa serba kekurangan yang dirasakan saudara-saudara kita yang fakir dan miskin,” kata Said dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Menurutnya, dari rasa empati itulah seseorang bisa membuahkan daya dorong untuk untuk berbagi dan peduli. Saat Ramadan, masyarakat menyaksikan dan merasakan berbagai aktivitas sosial, seperti pembagian takjil, santunan anak yatim dan kalangan kurang mampu hingga pasar murah dan lainnya.
BaCa: Simak, Ini Sembilan Program Ganjar-Mahfud Untuk Masyarakat!
Kemudian, pada ujung Ramadan, seluruh umat Muslim yang mampu diwajibkan untuk berzakat fitrah. Kewajiban berzakat fitrah menegaskan bahwa Islam bukan semata urusan transendensi.
Dia mengungkapkan semangat berbagi di Indonesia patut diapresiasi karena sudah menjadi tradisi, terutama di desa-desa. Adapun saling berbagi bahan makanan dan makanan bukanlah sesuatu yang istimewa.
Tak jarang juga, masyarakat saling menukarkan tenaga dengan bergotong royong membangun rumah tetangga dan fasilitas di desa-desa. Modal sosial ini perlu terus dirawat dan tradisi baik ini diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Penelitian Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index (2022) mencatatkan masyarakat Indonesia kembali dinilai paling dermawan sedunia. Posisi tertinggi itu, merupakan ketiga kalinya disandang masyarakat Indonesia.
"Semangat kepedulian dan tolong menolong masyarakat Indonesia mengalahkan Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kenya. Sangat luar biasa," jelasnya.
BaCa: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
Said melihat semangat kebersamaan untuk saling membantu masyarakat Indonesia sangat luar biasa. Masyarakat mudah sekali berbagai lembaga menghimpun dana bantuan dari seluruh kalangan masyarakat.
“Namun, sikap mental dan konsistensi kita memang sangat manusiawi. Terkadang, semangat peduli dan berbagi, semangat gotong royong mengalami pasang-surut, dengan segala problematika yang menyertainya,” ujar Said.
Oleh karena itu, momentum Ramadan menjadi kesempatan emas untuk menyegarkan, mengisi energi kedisiplinan, dan konsistensi untuk peduli dan berbagi, serta menjaga mental gotong royong tetap menyala dalam hati.