Jakarta, Gesuri.id - Gilbert Simanjuntak, Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, menegaskan pelacakan dan pendataan warga DKI yang belum mendapatkan vaksin sudah diminta Dewan sejak awal.
Baca: Ada Pihak Ketiga yang Bikin Anies Ngotot Gelar Formula E
”Sebanyak 2,5 juta warga itu dimana dan di-breakdown atau dirinci penyebabnya. Apakah menolak karena faham, masih baru terinfeksi, penyakit penyerta, dan sebagainya,” katanya, baru-baru ini.
Solusi pelacakan melalui RT dan RW, menurut Simanjuntak, sangat tepat walau telat.
”Sebab, tanpa vaksinasi, aktivitas ekonomi sulit menggeliat. Sepintas artinya, data 2,5 juta adalah estimasi karena diserahkan ke RT dan RW untuk melacak,” ujarnya lagi.
Bantuan dari babinsa, bhabinkamtibas, juga TNI Polri, menurut Gilbert, perlu karena Pemprov DKI tidak mampu sendiri.
”Jadi, babinsa dan binmaspol sangat penting dilibatkan,” kata Gilbert yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan.
Sementara itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan masih ada 2,5 juta warga Ibu Kota yang belum menerima vaksin Covid-19. Upaya pelacakan, pendataan, hingga jemput bola oleh RT-RW perlu dilakukan meski dinilai terlambat untuk mencapai keselamatan bersama.
Ngabila Salama, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam diskusi virtual tentang pandemi Covid-19, Selasa (14/9/2021), menyatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendata masih ada 2,5 juta warga ber-KTP DKI Jakarta yang belum mendapatkan vaksin Covid-19. Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab warga sebanyak itu belum mendapatkan vaksin.
Sebelumnya, dari pendataan di awal September, Pemprov DKI Jakarta mengungkap ada 3 juta warga ber-KTP DKI Jakarta yang belum mendapatkan vaksin. Namun, angka itu berkurang.
”Dari 8,9 juta penduduk DKI yang berusia 12 tahun ke atas itu, baru 6,4 juta orang tervaksin dosis 1 dan 4 juta orang dosis 2. Jadi, baru 71 persen capaiannya. Masih ada 2,5 juta warga DKI yang tidak tahu ngumpet di mana belum divaksin,” kata Ngabila.
Ngabila menduga, penyebab 2,5 juta warga belum divaksin tersebut, di antaranya, memiliki penyakit komorbid dan masih khawatir terhadap efek vaksin. Juga ada warga yang merupakan penyintas Covid-19 sehingga belum bisa divaksin.
Baca: Soal Yasonna, Arteria Dahlan Sebut Fadli Zon Waras Tidak?
”Ada juga mungkin merasa ingin merek tertentu. Jadinya itu yang harus benar-benar hati-hati. Kita masih mencari juga 2,5 juta orang Jakarta yang sebenarnya belum divaksin,” katanya.
Ngabila menyebutkan, harus ada pembaruan data penduduk DKI terkait vaksin agar jumlah warga yang divaksin bisa pasti diketahui. ”Perlu kita lakukan peremajaan kembali karena bisa jadi sebenarnya orangnya sudah pindah, tetapi KTP-nya masih di DKI. Adapun terkait fenomena orang pilih merek vaksin, kami tidak sarankan,” ucapnya. Dilansir dari kompas.id.