Medan, Gesuri.id - Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPD PA GMNI) Sumatera Utara (Sumut) melaksanakan Rapat Kerja Daerah II (Rakerda) Tahun 2022, dan sekaligus melakukan Workshop Kepemiluan, di LPMP Medan, 18-19 November 2022.
Rakerda diikuti 17 DPC PA GMNI Kab/Kota se-Sumut. Sementara Workshop diikuti 87 peserta. Acara dibuka oleh Sekjend DPP PA GMNI, Abdy Yuhana dan juga dihadiri oleh DPP PA, Jan Pries S.
Dalam sambutannya, Abdy menyampaikan bahwa Sumut dengan keanekaragaman etnisitas dan relegiusitas yang ada merupakan miniatur Indonesia.
Baca: Bung Karno dan Tahun Vivere Pericoloso
Sumut juga mempunyai posisi strategis dalam konstelasi politik nasional, karena potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya (SDM).
“Harapan saya dengan potensi dan kualitas yang dimiliki, maka PA GMNI Sumut, harus semakin berkembang dan bisa berkiprah dalam berbagai ladang pengabdian, baik di sektor birokrasi, swasta, politik dan lembaga-lembaga sosial lainnya,” kata Abdy.
"Tentu semangat itu juga harus dibarengi dengan komitmen alumni untuk terus meningkatkan kapasitas diri, dengan terus menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan,” papar Abdy.
Abdy melanjutkan, sebagai sebuah entitas yang dilahirkan dan dibentuk dengan satu bewust (kesadaran) bersama akan pentingnya spirit kebangsaan dalam kontek keIndonesiaan, Alumni GMNI selalu menjadi Garda terdepan dan agresif dalam berbicara tentang persatuan nasional. Tidak saja untuk menjaga Indonesia secara naratif melalui diskursus dalam ruang-ruang yang terbatas tapi juga secara atraktif ditunjukan dengan tindakan (daad).
"Dalam perspektif inilah Alumni GMNI memiliki kesamaan pandangan dengan TNI dalam menjaga Indonesia karena memiliki paradigma yang sama yaitu terhadap politik Negara," ungkap Abdy
Abdy menyatakan, diaspora alumni GMNI yang menyebar kesemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara boleh dikatakan memiliki andil yang besar agar tetap kokohnya persatuan nasional. Maka, ada adagium ada di mana-mana tapi tetap tidak kemana-mana. Adagium itu sangat sarat pesan, boleh ada di manapun pengabdiannya tapi tetaplah tidak lari dari ideologi persatuan Nasional, yang secara realitas dapat menyatukan semua kalangan yang datang melaui Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan yaitu Pancasila.
"Sehingga, jika diilustrasikan, diandaikan sebagai sumber mata air- yang mengaliri sungai, danau, waduk, embung dan, semua ruang yang ada dan membutuhkannya sehingga begitu pentingnya sumber mata air tersebut. Namun, demikian meskipun mengalir kemana-mana tapi semuanya tetap Hilir-nya mengalir kelaut," papar Abdy.
"Nah, disitulah keistimewaannya Alumni GMNI, jika dibandingkan dengan entitas lainnya yang ada di Republik, meskipun mengisi ruang pengabdian yang berbeda tapi tetap menjaga kesetiaan kepada Tanah Air, Bangsa dan Negara yaitu Indonesia Raya," tambahnya.
Hari ini alumni GMNI tersebar ada yang menjadi Akademisi, Birokrat, Politisi, entrepreneurs, profesional, budayawan dan sebagainya. Itulah yang terus mengingatkan dan menterjemahkan kepada alumni GMNI tentang Legacy Bung Karno yaitu Trisakti, berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya.
Baca: Eva Sundari: Kader Banteng Wajib Berpikir Cara Bung Karno
"Dahsyat, Bukan ? Itulah yang disebut dengan potensi yang ‘hidup’. Namun demikian potensi hidup sepertinya hari ini ‘kehabisan nafas’ tidak percaya diri hanya karena satu povokasi tentang kuantitas yang ‘Ikut’ dalam pemerintahan periodesasi ini- padahal kedepan harapannya sangatlah menjulang. Dus, teruslah jaga optimisme , percaya diri terhadap kecintaan Alumni GMNI kepada Indonesia Raya- mari songsong masa depan Indonesia dan singsingkan lengan melalui gagasan- gagasan visioner sekali lagi untuk Indonesia Raya," tegas Abdy.
Legacy (Warisan) Bung Karno yang diserahkan kepada Alumni GMNI dan Bangsa Indonesia banyak sekali. Bahkan hari ini sepertinya sedang menguji kebenarannya.
"Gagasan-gagasan yang relevan dengan kondisi keIndonesiaan selalu up to date, karena Bung Karno dalam menggunakan pisau analisa yang tajam diantaranya Geopolitik dan Psikologi Massa. Maka, dengan ajaran-ajaran, konsepsi, staatide, gagasan-Gagasan Bung Karno-lah Alumni GMNI dipersatukan dalam wadah Organisasi. Sekali lagi dipersatukan oleh Bung Karno, bukan yang lainnya.
Jadi sebagai pengingat bagi Alumni GMNI, kesetiaan loyalitas Alumni GMNI adalah kepada Ajaran-ajaran Bung Karno (Soekarnoisme) dan kepada Negara - Bangsa Indonesia tercinta," tegas Abdy