Semarang, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan rasa duka cita dan berbelasungkawa atas kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Kerusuhan usai pertandingan antara Arema FC Malang dan Persebaya Surabaya itu mengakibatkan korban terbesar dalam sejarah olah raga di tanah air, yang sampai Minggu (2/1) siang, tercatat 130-an orang meninggal dunia.
‘’Saya sangat kaget membaca berita itu, dan berduka luar biasa, sekaligus bertanya-tanya, kenapa bisa satu pertandingan sepak bola, olah raga yang mengedepankan sportivitas, justru berakhir seperti itu. Ini peristiwa yang luar bisa, yang membuat banyak keluarga kehilangan. Karena itulah, saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam, dan berharap tidak akan ada lagi peristiwa semacam ini,’’ kata Agustina.
Baca: Andreas Hugo: Ungkap Fakta Penyebab Tragedi Kanjuruhan
Lebih jauh Ketua Umum IKA FIB Undip itu berharap berbagai pihak menjadikan olah raga sebagai ajang pemersatu bangsa, untuk menguatkan sendi-sendi persaudaraan dan sportivitas. Karena itu, kalah menang harus disikapi sebagai hal yang biasa, dan bukan tujuan utama.
Agustina yakin, bangsa ini tidak punya watak menang-menangan, sehingga kekerasan seharusnya bukan jadi pilihan.
‘’Olah raga seharusnya kan menyatukan bangsa ini dalam euforia kebanggaan. Bukan justru membenihkan kekerasan. Jadi, marilah kita kembali ke karakter bangsa kita, yang guyup rukun, tidak suka baku hantam. Apalagi sepak bola kan olahrga yang paling disukai anak bangsa, jadi harus jadi contoh dan kebanggaan bersama, termasuk para suporternya,’’ tambah Agustina.
Kandidat Doktor dari Fakultas Ilmu Budaya Undip ini juga berharap peristiwa Kanjuruhan harus menjadi peristiwa terakhir, dan jangan sampai terulang lagi.
Baca: Puan Harap Penyebab Kerusuhan Kanjuruhan Diselidiki
Apalagi, dunia sudah memberitakan dan memberi nilai negatif kepada dunia sepak bola kita atas peristiwa itu.
Agustina berharap hal itu dapat menjadi pembelajaran dan titik tolak agar semua pemangku kepentingan benar-benar serius, taat pada prosedur, serta menjauhi pola pengambilan keputusan yang berdampak pada timbulnya kekerasan.
‘’Kanjuruhan adalah duka kita bersama, juga pelajaran berat bagi kita. Semoga ini menjadi yang terakhir, sekaligus kita berdaya upaya, apapun harus dilakukan agar kelak tak terjadi lagi peristiwa sejenis,’’ tandasnya.
Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah itu mengajak semua anak bangsa untuk berhenti menayangkan dan atau berbagi video kekerasan di Kanjuruhan, sebagai penghormatan pada para korban, sekaligus salah satu cara menghentikan kekerasan.