Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Ananta Wahana menyebut teror pembunuhan satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), bentuk kemunduran peradaban.
Bahkan secara khusus Ananta mengecam aksi keji tersebut.
"Tragedi yang terjadi di Sigi, Sulteng, merupakan kemunduran peradaban. Kejahatan keji. Indonesia sejatinya sudah selesai dengan urusan toleransi, persatuan, dan kesatuan bangsa," kata Ananta di Jakarta, Sabtu (28/11).
Baca: Herman Hery Kutuk Pembantaian Terhadap Warga Kristen Sigi
Ananta meminta tragedi itu dapat diusut secara tuntas. "Pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan BIN harus segera menyikapi dan mengusut tuntas kejadian ini," tegas anggota DPR tersebut.
Politisi PDI Perjuangan ini berharap agar masyarakat tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kepada pihak berwenang.
Bahkan Ananta optimistis aparat keamanan tidak berdiam diri dan menganggap peristiwa itu sebagai kriminalitas biasa.
Diketahui, aparat gabungan mengejar jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang menghabisi satu keluarga berjumlah empat orang di Dusun 5 Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Palolo, Sigi, Sulteng, Jumat (27/11), sekitar pukul 10.30 Wita.
"Anggota Polsek Palolo awalnya menerima informasi dari masyarakat bahwa ada salah satu warga di Dusun 5 Lewonu yang dipenggal kepalanya dan beberapa rumah dibakar oleh orang tidak dikenal," kata Karo Penmas Polri Brigjen Awi Setiyono melalui keterangan tertulis, Sabtu (28/11).
Anggota Polsek Palolo yang mendatangi TKP pada pukul 13.00 Wita Jumat kemarin dipimpin Kapolsek Palolo menemukan empat mayat dan tujuh rumah warga dalam kondisi terbakar.
Baca: Bamusi Desak Aparat Tindak Tegas Pelaku Pembantaian Sigi
Olah TKP dilakukan Polres Sigi Pada pukul 18.00-23.00 Wita malam itu juga oleh tim gabungan Polres Sigi yang dipimpin oleh Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyahutama dan tim inavis Polda Sulteng.
"Tim melakukan evakuasi jenazah, dan mencari saksi. Dari lima saksi yang diinterogasi menyatakan bahwa pelaku kurang lebih 10 OTK (orang tak dikenal) dan tiga di antaranya membawa senjata api (laras panjang satu dan dua senpi genggam)," lanjutnya.
Saat saksi diperlihatkan foto DPO (daftar pencarian orang) teroris MIT, mereka meyakini bahwa identitas tiga orang OTK tersebut adalah kelompok Ali Ahmad alias Ali Kalora.
"Saat ini sudah ada back up kurang lebih 100 orang pasukan dari Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng, dan TNI untuk melalukan pengejaran kelompok Ali Kalora tersebut," tambahnya.