Ikuti Kami

Andreas Jabarkan Lima Tantangan Ketahanan Pangan Bagi Indonesia

Indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2, lebih tinggi dibanding periode 2020-2021. 

Andreas Jabarkan Lima Tantangan Ketahanan Pangan Bagi Indonesia
Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XI DPR RI, Andreas Eddy Susetyo jabarkan Lima tantangan ketahanan pangan bagi Indonesia. 

Hal tersebut dijabarkan Andreas dalam diskusi menggali potensi Desa guna mewujudkan ketahanan pangan di Kepanjen Kabupaten Malang, Jawa Timur. 

"Pertama adalah Perubahan Iklim, Pergantian musim di Indonesia sekarang telah mengalami perubahan sehingga masa tanam, sering tidak bisa diperkirakan secara tepat. Sebelumnya para  petani bergantung pada cuaca untuk menanam padi, tetapi sekarang hal tersebut tidak bisa lagi menjadi tolakukur. Saat ini musim hujan sudah tidak teratur. Dampaknya, petani kerap mengalami kerugian karena padi yang ditanamnya kebanjiran atau bahkan kekeringan karena tidak ada air." Kata Andreas dalam keterangannya kepada Gesuri.id. 

Baca: Andreas Optimistis Indonesia Bisa Jadi Pusat Ekonomi Syariah Global

Tantangan kedua adalah pandemi. Andreas menjelaskan hampir tiga tahun Indonesia dihantam  pandemi Covid- 19 dan hal ini cukup terasa melumpuhkan perekonomian. Ekonomi yang stagnan selama 3 tahun berdampak sampai sekarang berupa banyaknya warga yang belum pulih pendapatan mereka.

Ketiga, faktor geopolitik berupa perang antara Rusia-Ukraina. Perang ini telah mengubah rantai pasokan aneka kebutuhan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Keempat, pertumbuhan penduduk. Data dari BRIN menunjukkan tiap tahun lahan pertanian di Indonesia berkurang 100 hektare sementara kebutuhan produk pertanian terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk.

Kelima, adalah minimnya regenerasi petani dan nelayan. Ini menjadi masalah utama yang harus terus dicarikan solusinya. Berbagai kebijakan perlu disinergikan agar bisa menarik kelompok milenial untuk mau terjun menjadi petani. 

"Harus diakui bahwa petani di Indonesia itu tidak sejahtera. Bahkan petani juga tidak ingin anaknya menjadi petani. Harus dicarikan upaya sehingga bertani menjadi pekerja yang banyak diminati." Sambung Andreas. 

Lebih lanjut politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan menurut Global Food Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2, lebih tinggi dibanding periode 2020-2021. 

Namun masih di bawah rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta lebih rendah dibanding rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4.

Baca: Andreas Gelar Pertunjukan Kesenian di Kecamatan Bululawang

Indeks ketahanan pangan GFSI 2022 diukur berdasarkan empat indikator, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi (quality and safety), serta keberlanjutan dan adaptasi (sustainability and adaptation).

Secara umum, GFSI menilai harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari skor affordability Indonesia yang mencapai 81,4, cukup jauh di atas rata-rata Asia Pasifik yang skornya 73,4. Namun, ketersediaan pasokan pangan Indonesia dinilai kurang baik dengan skor 50,9. Kualitas nutrisi juga hanya mendapat skor 56,2, sedangkan keberlanjutandan adaptasi skornya 46,3. Di tiga indikator ini ketahanan Indonesia dinilai lebih buruk dibanding rata-rata negara Asia Pasifik.

Quote