Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi A DPRD DKI Gembong Warsono menilai kualitas udara Jakarta yang tidak sehat merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemprov DKI Jakarta.
Kualitas udara tersebut kata Gembong dampak dari masih tingginya jumlah kendaraan pribadi yang berlalu lalang di jalanan.
Baca: Pemerintah Dorong Harga Mobil Listrik Makin Terjangkau
“PR bagi pemprov DKI Jakarta, artinya bagaimana warga bisa beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan massal,” katanya.
“Transportasi massal, pemprov sudah mulai memperbaiki tapi ini tantangan yang dihadapi. Bagaimana mensosialisasikan secara masif agar masyarakat kita mau berpindah ke transportasi massal,” sambung Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI itu.
Guna menarik minat warga, ia melanjutkan, pemprov tidak bisa hanya menghimbau tanpa memperbaiki sistem transportasinya.
Menurut Gembong pengintegrasian transportasi umum harus segera dilakukan agar minat warga beralih ke kendaraan umum semakin bertambah.
“Transportasi kita masih parsial belum terkoneksi, kedepan ini jadi tantangan agar transportasi kita terintegrasi dengan seluruh transportasi yang ada. Misalkan Kwk terintergarasi Transjakarta, Transjakarta ke MRT,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat ditemui usai rapat paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu, mengatakan, penyebab polusi udara karena saat ini 25 persen menggunakan kendaraan umum, sementara 75 persen kendaraan pribadi.
Anies juga terus mendorong pengintegrasian antartransportasi, penuntasan proyek-proyek pembangunan kendaraan umum massal, perluasan Transjakarta dan ketersambungan antarmoda.
Sehingga pada 2030, ia menargetkan sebanyak 75 persen warga Jakarta sudah beralih ke kendaraan umum.
Berdasarkan data dari penyedia peta polusi udara online AirVisual, kualitas udara Jakarta pada Selasa pagi (25/6) sempat menyentuh angka air quality index (AQI) sebesar 216, tidak sehat nomor dua setelah Lahore, Pakistan.
Baca: Risma Paparkan Materi Ketahanan Pangan di Markas PBB
Sedangkan pada Kamis (27/6), berdasarkan AirVisual meski AQI turun menjadi 152, kualitas udara Jakarta tetap tidak sehat kedua setelah Hangzhou, China.