Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan yang juga Anggota DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak mendesak Gubernur Anies Baswedan menarik kembali uang muka yang telah dibayarkan kepada penyelenggara balap Formula E.
Menurutnya, anggaran ini jauh lebih bermanfaat jika dipakai untuk pengadaan vaksin bagi siswa dan mahasiswa di Ibu Kota.
Baca: Ahok Pesan Kepada Wali Kota Tangsel: Jangan Korupsi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sekarang ini sedang menguji coba pembelajaran tatap muka, jika berhasil maka kegiatan belajar mengajar di dalam kelas untuk semua tingkatan pendidikan DKI bakal segera digelar pada tahun ajaran baru pada Juli 2021 mendatang.
Gilbert menegaskan, jadi atau tidaknya pembelajaran tatap muka itu digelar tentu sangat tergantung dari keberhasilan vaksinasi peserta didik dan tenaga pengajar demi meminimalkan klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Uang Rp423 M tersebut dapat dibelikan vaksin agar mahasiswa dan siswa dapat belajar tatap muka lebih awal," kata Gilbert, Selasa (6/4).
Ketimbang repot mengurus Formula E yang menelan anggaran fantastis, Gilbert meminta Anies Baswedan fokus menata kegiatan belajar mengajar di Ibu Kota agar lebih bermutu.
"Biaya pelaksanaan Formula E tahun 2022 juga diperkirakan menelan Rp. 800 M tanpa keuntungan yang jelas. Biaya tersebut lebih baik untuk mendukung ketertinggalan pembelajaran selama setahun dengan program ekstrakurikuler untuk meningkatkan mutu lulusan yang setahun tertinggal. Pemprov DKI lebih baik mengutamakan rakyat daripada mengutamakan gengsi perhelatan Formula E," tegasnya.
Baca: Hasto: Partai Berduka, Daniel Dhakidae Intelektual Kritis
Gilbert mendesak agar sekolah tatap muka di DKI Jakarta segera dilaksanakan secepatnya, sebab belajar daring yang dakoni setahun belakangan menurutnya tidak efektif.
Sistem belajar lewat internet ini juga dinilai hanya membebankan orang tua wali murid, khususnya kalangan kelas menengah ke bawah yang mesti membeli perangkat smartphone hingga pembelian kuota internet.
"Orang tua harus membayar pulsa untuk belajar daring merupakan kesulitan yang hanya bisa dirasakan mereka yang pernah ada di kalangan kelas menengah ke bawah . Selain itu kualitas belajar daring lebih rendah dibandingkan belajar tatap muka. Belum lagi kerusakan sosial karena anak menjadi terisolasi dan tidak bersosialisasi," tandasnya. Dilansir dari akurat.co.