Jakarta, Gesuri.id - Sekretaris Komisi E (bidang Kesehatan) DPRD DKI Jakarta Jhony Simanjuntak mengkritisi kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang kembali memperpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi hinga 3 Januari 2021.
Jhony menilai PSBB transisi tidak pernah membuahkan hasil yang cukup signifikan dalam menekan laju kasus baru COVID-19 di Ibu Kota.
Baca: Kent Sentil PSBB Ala Anies Tak Ampuh Tekan Pandemi
Bahkan Jhony menilai Pemprov DKI terlalu fokus pada masalah pengobatan.
“Saya melihat bahawa Pemprov DKI dalam hal ini Dinas Kesehatan terlalu sibuk atau asyik fokus pada masalah pengobatan. Sementara tingkat pencegahan masih kurang,” ujar Jhonny di Jakarta, Senin (21/12).
Indikator pencegahan COVID-19 yang masih kurang, disebut Johnny, sebenarnya bagaimana kehadiran secara fisik para pemimpin seperti gubernur, wali kota, camat, lurah untuk berhubungan langsung dengan masyarakat untuk lebih punya perhatian terhadap pencegahan ini.
Menurutnya, sosialisasi itu sangat penting bagi masyarakat terutama yang dilakukan pemimpinnya secara langsung.
“Itu yang saya amati selama ini. Misalnya di tempat-tempat tertentu seperti hotel, mal, termasuk relatif sudah begitu kuat dalam hal penegakan protokol kesehatan. Klaster di permukiman itu yang mungkin masih kurang dan menjadi perhatian serius,” katanya.
Terkait okupansi RS rujukan Covid yang mencapai 85%, politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, kondisi itu juga menjadi kecemasan warga Jakarta. “Pencegahan ini yang harus dilakukan secara intensif bagaimana supaya RS jangan sampai ke titik kritis,” ucapnya.
Baca: Tekan Pandemi, Karolin Imbau Masyarakat Tak Berpergian
Dia meminta Dinkes DKI karena Jakarta bekerja lebih serius. Sebab, Jakarta relatif boleh dikatakan lebih terdidik, sumber daya lebih siap, dana penanganan COVID-19 lebih bagus dibanding daerah lain.
“Kalau bisa kekuatan di narasi dari Pemprov harus diiringi juga dengan tindakan di lapangan. Itu yang kurang menurut saya. Harus ada upaya-upaya bersifat penegakan aturan. Supaya masyarakat lebih hati-hati. Situasi selalu was-was. Jangan anggap penanganan COVID-19 biasa saja,” katanya.