Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menegaskan kebijakan pangan Kementerian Pertanian RI (Kementan) harus bersifat visioner, bukan reaksioner.
Baca: TB Hasanuddin: Tak Ada Pasal Karet dalam UU ITE
Politisi PDI Perjuangan itu menyatakan, jangan sampai setiap tahun, Kementan tetap terjebak dalam persoalan yang sama.
"Jangan baru setelah ditegur Presiden, baru Kementan mulai bergerak. Misalnya, Kementan mulai serius menangani pupuk subsidi dan impor kedelai setelah dikeluhkan Presiden secara terang-terangan," ujar Ansy, dalam Rapat Kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan seluruh Eselon I Kementan pada Senin (8/2/2021)
Ansy pun mengutip pernyataan penyair, seniman dan penulis dari Amerika Serikat Michael John Bobak:
“Perubahan hanya dapat terjadi di luar zona nyaman. Dalam zona nyaman tidak akan ada perubahan.”
Artinya, sambung Ansy, Kementan harus membuat loncatan-loncatan besar dalam kebijakan pangan.
"Perubahan dan transformasi sangat bergantung pada sikap berani pemimpin untuk keluar dari zona nyaman dan berpikir out of the box," ujar Ansy.
Ansy melanjutkan, akibat pemotongan anggaran untuk vaksinasi, Kementan harus tetap fokus pada aspek-aspek prioritas di tengah pandemi Covid-19.
Misalnya, memberikan bantuan cepat dan langsung kepada petani dan melakukan padat karya untuk menambah penghasilan rumah tangga petani.
Pemberdayaan petani, sambung Ansy, juga harus tetap menjadi prioritas.
Baca: PDI Perjuangan Depok Buka Komunikasi Dengan PKS
"Terutama saya berharap Kementan dapat menemukan dan memprioritaskan sejumlah program yang urgen, penting, berpihak bagi petani, dan mendukung kemandirian pangan Indonesia," ujar Ansy
Secara khusus, Ansy menegaskan dirinya bersuara keras, bahkan marah terkait permasalahan pupuk subsidi.
"Tindak tegas mafia pupuk subsidi yang mendatangkan kesengsaraan bagi para petani," tegasnya.