Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus (Ansy) Lema mempertanyakan mengapa serapan Bulog rendah.
Padahal, kata dia, saat itu petani di sejumlah sentra tengah menggelar panen raya, yaitu pada periode Maret-April.
Baca: Jelang Natal-Tahun Baru Bupati Wandik Pastikan Sembako Aman
"Saya punya tanya, pada saat surplus itu Bulog menyerap apa enggak. Kan kalau dilihat data Maret April itu mestinya nyerapnya besar ya Pak ya tapi di sini saya simpulkan nyerapnya kecil pak. Nah Pertanyaan selanjutnya nyerapnya kecil ini apakah karena Bulog tidak ada uang dalam kaitannya pinjaman berupa bunga komersil atau ada penjelasan lain supaya kita bisa menelusuri satu persatu sebabnya," katanya.
Namun apabila dari penelusuran yang dilakukan ini ternyata ada hal lain, maka bisa dipastikan masalah beras tahun ini bukan berada di Kekentan dan juga bukan di Bulog.
"Dengan demikian berarti ini masalahnya bisa saja tidak ada di Bulog tidak ada juga di kementan, tetapi ada di pihak luar dan dampaknya ke mitra-mitra kita. Jadi kenapa kok sarapannya kecil dan ini apa pangkal persoalannya," jelasnya.
Sementara itu Anggota Komisi IV DPR RI, Sutrisno mempertanyakan berapa serapan bulog yang telah dilakukan selama masa panen raya di bulan Maret dan April bulan lalu.
Baca: ARW Salurkan Bantuan 1.000 Paket Sembako di Karangasem
Sehingga pada tahun ini Indonesia masih memiliki kekurangan beras untuk memenuhi cadangan CBP.
Pasalnya, menurut data BPS, selama ini persediaan beras nasional mencapai 8.727.752 ton. Dengan angka sebesar itu maka dapat dipastikan beras saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai akhir tahun.
"Kalau benar data 8.727.752 persediaan beras kita maka cukup sampai akhir tahun. Persoalannya adalah berapa serapan yang telah dilakukan oleh Bulog untuk memprediksi manakala ada kebutuhan-kebutuhan yang sangat mendesak seperti penanganan bencana," ujar Sutrisno.