Pandeglang, Gesuri.id - Dewan Pembina Padepokan Pusat Jalak Banten Nasional ( PJBN ) Pusat, Irjen pol (Purn) Anton Charliyan menyatakan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan momen untuk mengingatkan umat Muslim akan keluhuran akhlak perilaku Nabi besar Muhamad sebagai manusia pilihan Allah SWT yang juga panutan seluruh umat di alam raya ini.
Hal itu dikatakan Anton ketika hadir dalam acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Pesantren Al Bantani, Pandeglang, Banten, baru-baru ini.
"Hal itu karena Nabi Muhammad membawa ajaran Agama Islam sebagai Agama Penyempurna dari agama-agama sebelumnya, mulai dari Nabi Adam As sampai dengan Nabi Isa As. Ajaran Islam membawa pesan untuk meluruskan kembali ketauhidan tentang Tuhan yang Satu , Allah yang Maha Esa dengan membangun Ahlaqul Karimah yang Rahmatan lil Alamin," ujar Anton.
Mantan Kapolda Jabar itu melanjutkan, Nabi Muhammad satu-satunya manusia yang setiap gerak geriknya ditiru dan dijadikan contoh. Mulai dari tata cara beribadah, berperilaku, adab sopan santun, tata cara makan, minum, mandi, jalan sampai posisi duduk dan tidurpun di tiru sebagai suatu hal terbaik bagi umat manusia.
Baca: Anton Serukan Sinergi Bersihkan Medan dari Premanisme
"Mencermati ajaran Islam sebagai agama Tauhid, disandingkan dengan budaya dan ajaran Kasundaan ternyata sangat selaras. Karena Ageman Sunda khususnya yang ada pada masyarakat adat Baduy Banten, merupakan ajaran yang sama-sama menyembah Tuhan yang maha Esa, yang dikenal sebagai Hyang Tunggal sebagai Tuhan yang satu, yang tidak berwujud, tidak berwarna , tidak berbau, tidak bersaudara dan tidak ada yang menyerupai," ujar Anton.
Sebagai ajaran warisan Nabi Adam, menurut Anton hal ini sama persis dengan isi surat Al Ikhlas, yang menegaskan tentang Ke-Esa-an Allah yang tidak mempunyai keturunan dan tidak menyerupai siapapun juga.
Masyarakat adat leluhur Sunda mengakui dan mempunyai Nabi dalam menjalankan agamanya, yakni Adam. Bahkan nama agamanya pun mereka sebut sebagai Agama Adam atau lebih dikenal sebagai Agama Sunda Wiwitan, atau Slam Sunda.
"Nama yang hampir sama dengan Islam. Jika suatu suku menganut sebuah Ajaran atau Ageman yg mengimami seorang Nabi apalagi Nabi Adam sebagai salah satu Rosul Allah, bukankan itu Agama Samawi? Namun keberadaan masyarakat Adat belum apa-apa sering disalah-artikan sebagai masyarakat Animisme, penyembah berhala dan roh leluhur. Padahal nenek moyang masyarakat Sunda dari dahulu tidak pernah ada yang menyembah berhala apalagi yang menyembah batu, sementara banyak ditemukan batu-batu Satangtung atau batu berdiri setinggi manusia di Kabuyutan-kabuyutan bukan untuk disembah melainkan berfungsi sebagai tanda atau ciri bahwa disitu sebagai tempat Ibadah, atau untuk menentukan waktu melihat bayangannya dari cahaya Matahari," ungkap Anton.
Anton pun mengungkapkan, sebagaimana disampaikan oleh salah satu Puun Baduy, masyarakat adat yang tinggal di Kanekes itu tidak pernah menyembah batu. Mereka juga sama dengan orang Islam, yakni sembahyang tiap hari, tapi tidak berwudhu dan tidak lima kali sehari seperti Islam.
"Yang mereka sembah adalah Hyang Tunggal, makanya ibadahnya disebut Sembahyang, yang artinya Nyembah Sang Hyang,Tuhan yang Maha Tunggal. Sama dengan umat Nabi Muhammad yang menyembah Allah yang Maha Esa, makanya mereka menyebut umat Nabi Muhammad sebagai Dulur Anyar atau Saudara muda, karena Ageman mereka Slam Sunda, agama pendahulu atau agana paling awal dari Nabi Adam, yang sama dengan Ageman umat Nabi Muhammad yang menyembah Tuhan yang Maha Esa," papar Anton.
Mantan Kapolwil Priangan itu melanjutkan, di Islam ada Syahadat. Di masyarakat adat Sunda Wiwitan juga ada, yakni Syahadat Baduy. Syahadat ini adalah sumpah Ikrar diri, berwujud pernyataan tentang siapa diri kita, dan siapa yang harus kita sembah.
Jika Agama Slam Sunda mengacu pada Ajaran Nabi, artinya menurut Anton agama Sunda sudah Samawi sejak dulu. Yang dimaksud Agama Samawi adalah agama yang berdasarkan wahyu Illahi yang diturunkan kepada para Nabi Nya.
Maka, sambung Anton, ketika ajaran Islam masuk ke Tatar Sunda langsung diterima oleh masyarakat-masyarakat adat yang lain karena menganut Ketauhidan yang sama, Tuhan yang maha Esa. Buktinya, ujar Anton, seluruh Masyarakat Adat yang ada di Tatar Sunda semua menganut Agama Islam , mulai dari Masyarakat Adat Kampung Naga Tasik, Kampung Dukuh Garut, Kampung Kuta Ciamis , Kampung Gelar Cianjur, Baduy Luar dan lainnya.
Baca: Tricia Sumarijanto Bumikan Pancasila Melalui Angklung
"Kecuali Baduy Dalam, karena sebagai 'Tutunggul Ciri Wanci Pemegang Amanah' untuk tetap melestarikan Agama Adam, yang bertugas untuk menjaga keseimbangan alam," ujar Anton.
"Namun dalam memelihara dan menjalankan kesempurnaan Agama tersebut, sudah diamatkan dari para leluhur sebelumnya, sebagaimana ditulis juga dalam naskah kuno Amanat Galunggung bahwa setiap Agama apapun harus menghormati, selaras, bergandeng tangan dengan adat tradisi budaya leluhur yang ada di tempat tersebut, ciri sabumi cara sadesa," papar Anton.
Anton, yang juga Ketua Forum Silaturahmi Sunda Sadunya ini melanjutkan, sebagai Trah Sunda, masyarakat Sunda harus bangga karena sudah menganut agama Samawi sejak awal.
"Dan Alhamdulillah juga saat ini diberi karunia sebagai umat yang beragama Islam, sehingga seyogyanya orang Sunda harus menjadi yang paling taat dalam beribadah, dan harus berperilaku lebih baik dari umat-umat Muslim yang ada di Negara lain, karena sudah dari awal menganut agama Samawi," ujar Anton.
"Terlebih yang berada di kota Pandeglang ini, karena budaya awal lahirnya sistem Kerajaan di tatar Sunda di mulai dari Pandeglang dengan berdirinya Kerajaan Salaka Nagara dengan raja pertama nya yang bernama Dewa Warman, mantu Aki Tirem pada tahun 130 M, sebagai Kerajaan modern pertama di Nusantara," ungkap Anton.