Jakart, Gesuri.id - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah berharap anjloknya harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga dibekukan sementara selama 30 menit, tak berlarut-larut.
"Sebagai Ketua Badan Anggaran DPR, saya berharap seluruh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memberikan respons untuk menenangkan pasar," ucap Said dalan keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Said mengatakan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai dengan sesi 1 hari ini pukul 12.00 WIB, mengalami pelemahan yang berada di posisi Rp16.465. Secara year to date turun 1,1 persen, yang artinya masih pada batas wajar.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Pentingnya Integritas bagi Pemimpin
Menurutnya, di luar pasar saham dan pasar keuangan, sektor perdagangan, masih menunjukkan indikator yang positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2025 memperlihatkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$21,98 miliar atau naik 2,58 persen dibanding ekspor Januari 2025. Dibanding Februari 2024 nilai ekspor naik sebesar 14,05 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Februari 2025 mencapai US$43,41 miliar atau naik 9,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$41,21 miliar juga naik 10,92 persen.
Demikian halnya dengan neraca perdagangan per Februari 2025 surplus sebesar USD3,12 miliar atau senilai Rp51,07 triliun, melanjutkan surplus pada Januari 2025 sebesar USD3,49 miliar.
Sementara Indeks PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global meningkat menjadi 53,6 pada Februari 2025, naik dari 51,9 pada Januari 2025.
Guna menghadapi situasi ini, Said menyarankan agar pemerintah dapat melakukan lima hal. Pertama, gaya komunikasi publik dapat dibenahi agar lebih simpatik, dan dialogis.
"Ajak semua komponen, terutama para pengusaha besar untuk menyelamatkan pasar keuangan kita. Apalagi jika Presiden RI Prabowo Subiantor bersedia turun tangan langsung, mengajak rekanan bisnis internasional Praowo agar memperkuat pasar saham Indonesia. Apalagi sekarang ada Ray Dalio, investor Amerika Serikat, yang berada di Danantara, untuk dimintai membantu pasar keuangan," ungkapnya.
Kedua, Pemerintah bisa menunjukkan reformasi fiskal yang tengah berjalan, dan menjamin keberlangsungan fiskal jangka panjang. Langkah ini untuk menepis keraguan investor setidaknya mereka tetap melihat SUN (surat utang negara) sebagai instrumen investasi yang menarik, yang saat ini sangat dibutuhkan pemerintah.
Baca: Ganjar Pranowo Mempertanyakan Klaim Sawit Sebagai Aset Nasional
"Ketiga, hendaknya otoritas bursa dan OJK tidak over reaction yang justru menstimulasi reaksi berlebihan dari pelaku pasar lebih luas untuk kian mendorong aksi jual. Sebab pasar SBN dan valuta asing kondisinya biasa saja. Cermati perkembangan setidaknya satu dua hari ini," kata Said.
Tak hanya itu, Politikus PDI Perjuangan tersebut meminta agar OJK dan otoritas bursa dalam jangka panjang dapat memperluas basis investor, terutama di sektor ritel, dan inovasi produk, terutama syariah untuk memperkuat pasar saham.
"(Kami juga) mengimbau para pihak yang tidak berkaitan dengan otoritas bursa, tidak menambah kepanikan pasar dengan langkah-langkah yang diniatkan untuk meredakan keadaan, justru makin menimbulkan perhatian dan reaksi berlebihan dari para pelaku pasar," kata Said.