Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengapresiasi bantuan kemanusiaan yang diberikan keluarga almarhum Akidi Tio, pengusaha asal Langsa, Aceh Timur, sebesar Rp 2 triliun untuk warga Sumatera Selatan yang terdampak pandemi Covid-19.
Basarah menilai sumbangan itu adalah bentuk konkret pelaksanaan prinsip gotong royong yang diajarkan Pancasila.
"Sikap kedermawanan keluarga almarhum Akidi Tio ini bukan hanya penting untuk kita apresiasi, tapi juga patut kita jadikan contoh terutama oleh para pengusaha lainnya. Dalam kondisi bangsa sedang kesulitan dan menderita akibat Covid-19, langkah konkret warga masyarakat seperti inilah yang dibutuhkan. Mari gotong royong bersama pemerintah yang tengah berjuang menyelamatkan rakyat kita sendiri karena mereka tidak mungkin bekerja sendiri mengatasi wabah yang mendunia ini,’’ kata Basarah di Jakarta, Selasa (27/7).
Baca: Baliho Puan Dirusak, Banteng Kota Surabaya Lapor Polisi
Media memberitakan Keluarga besar almarhum Akidi Tio membantu masyarakat Sumatera Selatan yang terdampak pandemi Covid-19 sebesar Rp 2 triliun. Bantuan diberikan oleh Prof dr. Hardi Darmawan, dokter pribadi keluarga pengusaha kaya itu, kepada Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri dan Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy di Mapolda Sumsel, Senin (26/7).
Menurut Basarah, dunia telah lama mengenal masyarakat Indonesia sangat dermawan dengan tradisi gotong royong yang sudah mengakar jauh sebelum kemerdekaan negeri ini.
Apa yang dilakukan keluarga besar Akidi Tio menjadi contoh konkret sikap dermawan dan tradisi gotong royong bangsa Indonesia.
‘’Apa yang dilakukan keluarga pengusaha asal Aceh itu seharusnya menjadi kritik sosial untuk orang-orang yang selama ini justru memancing di air keruh saat pandemi terjadi. Bukan membantu pemerintah mengatasi pandemi ini, mereka justru memprovokasi rakyat, ingin mengganti presiden di masa pandemi, atau tak segan-segan menyebarkan berita hoaks demi kepentingan politik sesaat,’’ tegas Ketua Ftaksi PDI Perjuangan itu.
Basarah menambahkan, di level negara Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintah menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 memiliki otoritas dan kewenangan penuh dalam menerapkan kebijakan dan regulasi dengan melibatkan para pembantunya dalam menghadapi pandemi global ini. Namun, kewenangan itu saja tidak cukup jika tidak dibarengi kerjasama seluruh elemen masyarakat.
"Saat menerapkan PPKM darurat kemudian PPKM level 4, misalnya, semua pihak harus legowo menerima setiap kebijakan dan keputusan pemerintah. Inilah yang disebut kerjasama rakyat dengan pemerintah. Meski demikian, pemerintah juga tidak boleh alergi dengan kritik yang disampaikan sebab kritik yang membangun dan konstruktif merupakan konsekuensi dari prinsip negara demokrasi ,’’ jelas dosen pascasarjana Universitas Islam Malang itu.
Sebaliknya, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan harus dilaksanakan tidak hanya di masa PSBB dan PPKM, melainkan juga ketika semua anak bangsa berkomitmen menuju kehidupan normal. Bangsa Indonesia harus belajar dari kebiasaan disiplin, hidup bersih dan sehat dari negara-negara lain, misalnya Jepang dan Selandia Baru.
Baca: Perusakan Baliho Puan, Basarah: Kader Jangan Terprovokasi !
Ketua DPP PDI Perjuangan ini juga menyarankan agar lebih banyak lagi pengusaha nasional mengambil peran positif seperti yang dilakukan keluarga besar almarhum Akidi Tio, misalnya dengan meminjamkan pabrik atau hotel milik mereka sebagai tempat karantina mandiri, atau dengan menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan mereka secepatnya untuk bakti sosial yang relevan saat ini.
Basarah menekankan sekali lagi bahwa kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha adalah prasyarat mutlak dapat diatasinya pandemi COVID-19 ini.
"Gotong Royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama. Gotong royong adalah semangat senasib sepenanggungan, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Saya mengajak semua pihak untuk terus menjadikan gotong royong sebagai way of life bangsa Indonesia untuk mengahadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang. Inilah momentum emas bagi bangsa Indonesia untuk menunjukan kepada dunia bahwa Pancasila itu sebagai ideologi yang benar-benar hidup dan bekerja di tengah bangsanya sendiri," pungkas Ahmad Basarah.