Ikuti Kami

Basarah Sampaikan Orasi Pancasila Mahakarya Pendiri Bangsa

Basarah menyampaikan makalah berjudul ‘’Pancasila Mahakarya Pendiri Bangsa: Sumber Falsafah Negara’’.

Basarah Sampaikan Orasi Pancasila Mahakarya Pendiri Bangsa
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah diminta tampil menjadi satu dari 70 orator ilmiah para pakar UKI, Rabu (2/8). 

Orasi selama 29 jam secara nonstop itu dilakukan sejak Rabu pagi sampai Kamis 3 Agustus 2023 dengan tujuan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menyampaikan makalah berjudul ‘’Pancasila Mahakarya Pendiri Bangsa: Sumber Falsafah Negara’’. Selama 20 menit ia menjawab tiga rumusan masalah yakni apa keunggulan Pancasila sebagai ideologi negara, bagaimana pemikiran dan peran Bung Karno dalam melahirkan Pancasila, dan bagaimana status Pancasila mahakarya pendiri bangsa menjadi sumber bagi falsafah negara.

Baca: Berikut 10 Fakta Menarik Pancasila

‘’Demi memperkuat cinta kepada Pancasila, kita mesti memahami bahwa ideologi Pancasila adalah mahakarya pendiri bangsa. Tanpa pemahaman seperti itu, generasi muda bangsa akan tercerabut dari akar sejarah dan sumber pengetahuan dasar negara,’’ kata Ahmad Basarah.

Ketua DPP PDI Perjuangan itu mempertahankan argumentasinya dengan menegaskan bahwa sebagai sebuah karya, Pancasila memiliki kualitas mahakarya dibanding sekadar karya biasa. Dia menyampaikan tiga alasan untuk itu.

‘’Pertama, kualitas pengetahuan Pancasila bersifat filosofis sebagaimana disebut Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 sebagai dasar falsafah negara. Dasar filosofis ini memuat sifatnya yang radikal (mengakar), sistematis dan komprehensif,’’ kata Basarah.

Alasan kedua, diterimanya Pancasila sebagai falsafah dasar negara secara aklamasi oleh sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pada 1 Juni 1945 menunjukkan ''mutiara'' rumusan Bung Karno yang disampaikannya pada 1 Juni 1945.

Alasan ketiga, Doktor bidang hukum tata negara lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini menegaskan, kualitas pengetahuan Pancasila bersifat sintesis, menyatukan berbagai ideologi dunia menjadi ideologi baru yang khas Indonesia. Jika ideologi di luar negeri saling bertentangan, di dalam Pancasila semua pandangan dunia tersebut saling bersintesis.

Baca: Karena Pancasila, Kita Harmoni dalam Keberagaman

Sebagai contoh, lanjut dia, ideologi keagamaan dan kebangsaan, yang di luar Pancasila bertentangan, di dalam Pancasila justru menyatu menjadi nasionalisme religius. Demikian pula demokrasi dan agama yang seolah bertentangan, dalam Pancasila menyatu menjadi teo-demokrasi. Penyatuan serupa terjadi pada sila-sila lainnya.

Penulis buku Bung Karno, Islam dan Pancasila (2017) ini menambahkan, kemampuan Pancasila dalam menyatukan keragaman bangsa Indonesia dengan sendirinya menjadikan ideologi bangsa ini mahakarya yang membanggakan, yang terus menggelora sejak gagasannya dilahirkan 1 Juni 1945, lalu dirumusan pada 22 Juni 1945, kemudian disahkan dalam konsensus final pada 18 Agustus 1945.

“Dalam ketiga fase tersebut, Bung Karno selalu terlibat di dalamnya bersama para pendiri bangsa. Dengan demikian, Pancasila yang kita miliki hanya ada satu, yakni Pancasila, titik! Tidak ada Pancasila 1 Juni, atau Pancasila 22 Juni, atau Pancasila 18 Agustus,’’ kata Ahmad Basarah.

Quote