Ikuti Kami

Batu Lingkar Galunggung, Pusat Pengendalian Frekuensi Kuno

"Karena posisi makam yang agak unik dan aneh ini, tentu saja membuat semua yang pernah datang ke tempat tersebut jadi penasaran".

Batu Lingkar Galunggung, Pusat Pengendalian Frekuensi Kuno
Kepala Departemen FKIB Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Undang Darsa serta Dr Elis Suryani selaku Ketua Tim Lintas Budaya Nusantara dan Gasantana, didampingi Budayawan Sunda Irjen Pol Dr H Anton Charliyan MPKN mendatangi lokasi penemuan Batu Lingkar atau Batu Muntir, atau yang lebih dikenal di dunia akademis sebagai Cyrkle Stone. (Foto: Istimewa) 

Tasikmalaya, Gesuri.id - Kepala Departemen FKIB Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Undang Darsa serta Dr Elis Suryani selaku Ketua Tim Lintas Budaya Nusantara dan Gasantana, didampingi Budayawan Sunda Irjen Pol Dr H Anton Charliyan MPKN mendatangi lokasi penemuan Batu Lingkar atau Batu Muntir, atau yang lebih dikenal di dunia akademis sebagai Cyrkle Stone.  

Kedatangan mereks juga didampingi oleh  Kepala Desa, Punduh dan para Sesepuh Kampung Jahyang Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. 

Baca: Bamusi Desak Prancis Minta Maaf Pada Umat Islam 

Anton mengungkapkan, Batu Lingkar tersebut ditemukan disekitar Komplek Makam Keramat Tuan Alam, di lembah Gunung Galunggung. Sejak zaman dahulu kala, makam itu memang  berbentuk melingkar. 

"Karena posisi makam yang agak unik dan aneh ini, tentu saja membuat semua yang pernah datang ke tempat tersebut jadi penasaran dan bertanya-tanya, mengapa makam tersebut bentuknya melingkar. Maka para sesesepuh, masyarakat, Kepala Desa bersama Yayasan Lintas Budaya Nusantara dan tim Pecinta Alam Gasantana  sepakat untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut dengan cara menggali batu-batu yang muncul ke permukaan  tanah di sekitar komplek tersebut sekitar 0,5 meter sampai dengan 1,5 meter," ujar Anton.

Ketua Forum Silaturahmi Sunda Sadunya itu mengungkapkan, hasil penelusuran tersebut pun tidak diduga-duga.  Semua batu yang  awalnya hanya muncul sedikit dipermukaan tersebut ternyata merupakan kumpulan Batu Lingkar atau Cyrkle Stone yang jumlahnya hampir 36 buah. 

"Dengan bentuk dan variasi yang berbeda satu sama lainnya. Yakni ada yang berbentuk hanya satu lingkaran ada yang 2 lingkaran, bahkan ada yang 3 sampai dengan 4 lingkaran dengan bentuk, ukuran serta variasi yang berbeda-beda. Namun yang menjadikan satu kesamaan yakni adanya semacam Menhir  atau Lingga ditengah-tengah lingkaran tersebut yang rata-rata ada semacam tanda titik bulat dibatunya tersebut, serta adanya Batu Cawene dengan lekukan yang lebih besar semacam Cowet untuk sambal," ungkap Anton.

Baca: TNI Dianiaya Klub Moge, Hasanuddin : Segera Proses Hukum!

Anton pun menambahkan dirinya sangat yakin bahwa Batu Lingkar tersebut adalah situs peninggalan budaya Samawi dimasa lalu. Anton pun menemukan keunikan dan keanehan khusus dari Cyrkle Stone tersebut,  yakni di komplek tersebut frekuensi pemancar Handy Talkie (HT) dan ponsel akan menjadi semakin kuat dan semakin jauh daya jangkaunya. 

"Sebagai contoh HT berkapasitas hanya 5 Ampere yang maksimal jarak jangkaunya paling hanya 2 kilometer, secara otomatis tiba-tiba bisa menjangkau Malaganti Galunggung , yang jaraknya lebih dari 10 kilometer," ujar Anton. 

Bahkan, sambung Anton,  dari komplek itu juga pernah berkali-kali berkomunikasi langsung  dengan Gunung Sawal yang jaraknya sekitar 30 kilometer, dan Gunung Ciremai yg jaraknya lebih dari 150 kilometer.

Sehingga, Anton mengatakan tidak menutup kemungkinan Batu Lingkar tersebut merupakan Pusat Station Radar atau Pusat Pengendalian Frekuensi dan Komunikasi pada masa  kuno. 

"Batu Lingkar pun sebagai sebuah Cyrkle Stone akan berkaitan erat dengan Cyrkle Stone-Cyrkle Stone yang ada di belahan dunia lain. Termasuk deskripsi Plato 2300 tahun yang lalu,  yang menyatakan bahwa budaya Atlantis Kuno ditandai dengan ciri-ciri adanya lingkaran-lingkaran bersusun model Cyrkle Stone," ujar Anton. 

Mantan Kapolda Jawa Barat itu pun menghimbau agar situs tersebut segera dijadikan tempat penelitian dan kajian dari berbagai disiplin ilmu terkait. 

Anton mengungkapkan, harapan dari semua pihak dari ditemukannya Batu Lingkar Cyrkle Stone itu adalah agar penemuan itu bisa menjadi pembuka fenomena yang lebih besar. Sebagai suatu sejarah kejayaan intelektual bagi dunia yang berawal dari Tatar Sunda, dan bisa saja menjadi sesuatu yang fenomenal sebagai satu penguatan dan peninggalan budaya Atlantis di masa lalu. 

"Untuk itu agar bisa menjadi perhatian semua pihak baik Pemerintah maupun Akademisi untuk melakukan upaya-upaya nyata  demi kemajuan sejarah dan budaya Sunda dalam khazanah Ke-Nusantara-an," ujar Anton.

Quote