Ponorogo, Gesuri.id - Wabup Ponorogo Bunda Lisdyarita alias Bunda Rita hadir dalam pembukaan festival menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas keterlibatan Pemprov Sumsel mengembangkan Reog Ponorogo di wilayahnya.
Baca; PDI Perjuangan Siap Gelar Kegiatan Akbar di GBK Pada 24 Juni, Lebih 100 Ribu Kader Hadir
Juga kepada warga Jawa yang tidak lupa akan kesenian leluhurnya, merekalah, ucap Bunda Lisdyarita, berperan penting tidak hanya melestarikan namun mengembangkan Reog Ponorogo di seluruh Indonesia.
“Ini hebat sekali, teman-teman tidak lupa dengan kesenian leluhur. Terima kasih kepada Pemprov Sumsel yang membantu mengembangkan kesenian Reog di sini,” ucap Bunda Lisdyarita, Rabu (21/6).
Pemerintah Kabupaten Ponorogo, lanjut Bunda Lisdyarita, berupaya mengangkat nama Reog setinggi-tingginya. Selain pelestarian, upaya mendaftarkan Reog masuk daftar warisan budaya tak benda UNESCO terus dilakukan.
“Kami kemarin kalah dengan jamu, namun tahun 2024 kemendikbud ristek menjanjikan Reog akan dipilih diajukan ke UNESCO,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, Pemkab sedang membangun Monumen Reog sebagai landmark sekaligus tempat konservasi budaya di Ponorogo.
“Kami sedang membangun Monumen Reog setinggi 126 m. Itu agar anak cucu mengenal dan mengerti akan kebesaran Reog Ponorogo. Di bawahnya juga ada museum peradaban yang menceritakan perjalanan sejarah Ponorogo,” ujarnya.
Tidak hanya berkembang di Ponorogo, Reog Ponorogo ternyata juga berkembang di luar daerah bahkan pulau. Terbukti dengan meriahnya Festival Reog Ponorogo dan Kuda Lumping yang digelar Pemprov Sumatra Selatan, Minggu (18/6/2023) di Graha Budaya, Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring Palembang.
Dibuka oleh Gubernur Sumsel Herman Deru, ada 25 grup dari 7 Sumsel dan 2 grup dari Lampung dan Jambi yang terlibat dalam festival.
Herman Deru mengatakan, festival tersebut sebagai upaya Pemprov Sumsel turut serta melestarikan dan mengembangkan kesenian nusantara. Selain itu, kesenian nusantara dinilainya mempunyai nilai jual tinggi bagi pariwisata. Sektor yang saat ini dikembangkan oleh Pemprov Sumsel.
Baca: PDI Perjuangan Layani Kesehatan Masyarakat Tanpa Pilih Kasih Lewat RS Terapung Laksamana Malahayati
“Di Sumatera Selatan ada 58 suku dari seluruh Indonesia yang hidup harmonis. Kebhinekaan ini bisa menjadi kekuatan untuk memajukan Sumsel. 38 persen warga Sumsel suku Jawa dan sebagian besarnya dari Jawa Timur. Silaturahmi selama ini terjalin dengan baik, semoga terus terjaga dan kesenian leluhur bisa dilestarikan,” ucap Heru.