Jakarta, Gesuri.id - Komisi B DPRD Jember memprediksi target 1 juta ton perolehan gabah dari luasan sawah di Jember tidak terpenuhi pada tahun 2025.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto, Minggu (23/2).
Ia mengatakan, melihat kondisi di persawahan saat ini, debit air masih menjadi persoalan lantaran banyaknya saluran irigasi yang rusak.
“Ketika saya turun melihat persawahan itu banyak saluran irigasi yang rusak, air jelas tidak tercukupi itu nanti membuat tidak optimalnya hasil panen,” katanya.
Ia menyampaikan, terbitnya Instruksi Presiden No 2 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, Serta Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Untuk Mendukung Swasembada Pangan memang harus didukung. Apalagi target pemerintah harga gabah Rp 6.500 perkilogram.
“Jelas dengan harga tersebut keberpihakan kepada petani nyata. Tetapi PR-nya saat ini harus ada efisiensi anggaran,” imbuhnya.
Legislator PDI Perjuangan itu mengatakan, jika efesiensi anggaran diterapkan, maka secara otomatis dukungan Inpres Nomor 2 Tahun 2025 tidak maksimal.
“Karena dengan keterbatasan anggaran volume perbaikan saluran irigasi sawah yang harus diselesaikan juga berkurang. Sementara kebutuhan padi adalah pengairan yang memadai dan cukup,” ucap Candra.
Ia menyebut, untuk mewujudkan swasembada pangan yang harus dirubah adalah masa pola tanam. Jika selama ini kebiasaan yang dilakukan petani dua kali masa tanam padi dan satu kali masa tanam jagung, kedepan harus masa pola tanam padi semua.
“Tetapi apakah itu bisa diwujudkan, jika saluran-saluran irigasi yang ada sudah waktunya perbaikan. Banyak lahan sawah yang kekurangan air akibat saluran airnya rusak, sehingga mengakibatkan volume kebutuhan air di sawah kurang,” jelasnya.
Sementara itu, data yang dihimpun dari website Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember, tercatat ada 461 daerah irigasi dengan 79 daerah irigasi yang memiliki luas total 16.471 hektare dan mendapat pasokan sumber air dari Sungai Mayang.
Sumber: kabarbaik.co