Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Charles Honoris mengatakan, untuk menangani paham radikalisme di kalangan mahasiswa harus mengedepankan tindakan pencegahan dengan memberikan pemahaman keagaman dan pendidikan karakter.
Hal itu diutarakan oleh Charles karena dalam temuan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan mengatakan bahwa ada sebanyak 39 persen mahasiswa Indonesia yang terpapar radikalisme.
"Penanganan terhadap kejahatan terorisme harus dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif. Penangkapan dan penegakan hukum adalah upaya terakhir. Tetapi penting dilakukan upaya-upaya kontra radikalisme di tahapan awal," ujar Charles melalui keterangan pers, Jumat (4/5).
Lanjutnya, data yang dipaparkan oleh KaBIN tentu tersebut sungguh mengkhawatirkan. Bahwa ada 39% mahasiswa Indonesia yang sudah terpapar paham radikal harus menjadi wake-up call bagi seluruh elemen bangsa,.
Untuk itu, dalam menangani pencegahan radikalisme pemerintah harus bersama-bersama dengan berbagai elemen.
"Apalagi saat sudah bisa diketahui wilayah gerak penyebaran paham-paham radikal seperti 3 kampus dan 15 provinsi yang sedang diawasi. Maka pemerintah bisa lebih fokus dalam penanganan tersebut," tandasnya.
Selain itu, ia juga menyarankan bahwa temuan KaBIN bahwa ada tiga kampus yang terdeteksi adanya penyebaran radikalisme tak perlu dibuka ke publik.
"Tidak perlu dibuka ke publik. Tetapi perlu dikoordinasikan dengan instansi-instansi terkait. Kerja intelijen tentu tidak bisa dibuka sepenuhnya ke publik. Kalau info dari Kemenkominfo boleh dibuka ke publik. Tapi kalau BIN jangan dong," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Sebelumnya diberitakan, Budi Gunawan mengungkap 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal. Bahkan 3 universitas menjadi perhatian khusus karena bisa menjadi basis penyebaran paham radikal.
"Ini bisa mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini," kata Budi Gunawan saat menjadi pembicara dalam ceramah umum Kepala BIN kepada BEM PTNU se-Indonesia di kampus Unwahas, Semarang, Sabtu (28/4/2018).
Budi menjelaskan dari riset BIN tahun 2017 diketahui 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA sederajat setuju dengan tegaknya negara Islam di Indonesia. Selanjutnya ia menjelaskan, dari survei BIN tahun 2017 diketahui pula 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal.