Pontianak, Gesuri.id - Menko Polhukam yang juga Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD bercerita saat dirinya diangkat menjadi Menteri Pertahanan di era Presiden ke-4 Abdurachman Wahid atau Gus Dur.
Hal ini disampaikan saat silaturahmi dengan tokoh dan masyarakat Tionghoa di Pontianak pada Sabtu (25/11/2023).
"Dulu ketika saya tiba-tiba diangkat jadi menteri oleh Gus Dur itu tahun 2000, saya nggak nyangka diangkat jadi menteri. Tiba-tiba jadi menteri saya gemetaran lho, masak saya mimpin jenderal," ujar Mahfud MD.
Saat itu, Mahfud merasa dirinya bukanlah orang dekat Gus Dur. Mahfud pun menceritakan kali pertama mengenal Gus Dur.
Ia mengaku bertemu dan sering bercengkrama dengan Gus Dur pada 1983. Dan sejak tahun itu hingga 1999, Mahfud belum pernah bertemu dengan Gus Dur secara langsung. Pada1983, Mahfud berstatus dosen muda di salah satu universitas di Yogyakarta. Mahfud memang kerap mengundang Gus Dur untuk berceramah di kampus tempat ia mengajar.
"Setiap ada ceramah, saya utamakan mengundang Gus Dur karena orang ini wawasannya luas," tutur Mahfud. Selain itu, selaku kader Nahdlatul Ulama (NU), Mahfud merasa menjadi minoritas di kampusnya.
"Dan Karena saya orang NU, di kampus saya NU waktu itu dianggap minoritas. Sehingga saya bilang orang NU itu pintar-pintar lho. Makanya saya undang Gus Dur ke kampus," papar Mahfud lalu tertawa.
Mahfud pun mengaku dialah yang selalu memani makan di warung kaki lima setiap Gus Dur mampir ke kampus. Namun sejak akhir 1983, Mahfud mengatakan ia sudah tak pernah bertemu Gus Dur. Baru bertemu lagi setelah Gus Dur menjabat Presiden atau pada 1999.
Saat itu Mahfud dipanggil Gus Dur ke Istana. Karena lama tak bertemu, Mahfud heran dan kaget mengapa Gus Dur menunjuknya sebagai Menteri Pertahanan. Dia juga bertanya-tanya, apakah Gus Dur masih mengenalinya.
Mahfud akhirnya menanyakan kepada Gus Dur apakah Presiden keempat RI itu mengenalinya. "Lalu dia jawab, 'dulu kan antum (kamu) yang menenemani saya kalau ke Yogyakarta. Masak saya lupa' Saya terharu juga karena saya sendiri merasa sudah dilupakan tapi dia masih ingat tuh. Tahun 1983 ke tahun 1999, bayangkan 17 tahun," papar Mahfud lantas tertawa.
Mahfud mengaku lebih kaget lagi saat ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan. Bahkan waktu itu ia sempat salah dengar dan menyangka ditunjuk sebagai Menteri Pertanahan. Sebab sebagai ahli hukum tata negara, Mahfud sempat membahas pertanahan dalam bagian disertasinya. Sementara bidang pertahanan, tak pernah sekalipun dibahas pada studi Mahfud.
"Sehingga saya bilang, Bapak Presiden masa mau ada Menteri Pertanahan lagi. Kan sudah dibubarkan itu. Yang terakhir bapak Hasan Basri Durin. Apa sekarang mau dihidupkan lagi dan mau diserahkan ke saya?" kata Mahfud menirukan pembicaraannya dengan Gus Dur saat itu.
Gus Dur lantas menjawab, dirinya menunjuk Mahfud sebagai Menteri Pertahanan, bukan pertanahan. Mendengar jawaban Gus Dur, Mahfud keberatan. Dia merasa tak memiliki pengalaman di bidang militer.
Apalagi ia mengaku takut dan trauma karena ayahnya pernah mengalami pengalaman yang tak mengenakan dengan tentara. Mahfud sempat menawarkan diri untuk menjadi menteri di bidang yang pernah ia dalami.
Saat itu ia menawarkan diri untuk mengisisi posisi Menteri Hukum atau Sekretaris Kabinet. Namun Gus Dur menjawab dua posisi itu sudah diisi, masing-masing diisi oleh Yusril Ihza Mahendra dan Marsillam Simanjuntak.
"Terus Gus Dur bilang ke saya, 'lho Pak Mahfud kan profesor. Saya aja jadi presiden bisa padahal enggak punya pengalaman tapi bisa jadi presiden. Masak Pak Mahfud jadi Menteri Pertahanan enggak bisa," ujar Mahfud diselingi tawa.
Lantas saat itu, Alwi Shihab yang juga ikut hadir dalam pertemuan itu, memberi isyarat kepada Mahfud agar menerima tawaran Gus Dur untuk menjadi Menteri Pertahanan. "Pak Alwi itu kan orang dekatnya Gus Dur. Ia memberi isyarat ke saya berkedip sambil mengangguk. Akhirnya saya terima saja," ucap Mahfud.