Pontianak, Gesuri.id - Anggota DPR RI Komisi II, Badan Anggaran dan Tim pengawas DPR RI Bidang Pengawasan Perbatasan Fraksi PDI Perjuangan Dapil Kalimantan Barat 1 Drs. Cornelis, M.H menjadi narasumber dalam acara Dialog Interaktif ICDN DKI Jakarta bersama Anggota DPR RI Asal Kalimantan dengan Tema Tuan Rumah Ibu Kota Nusantara Di Sepaku Dayak Balik, Berkah atau Musibah? Acara ini digelar secara virtual melalui zoom meeting, Minggu (6/2) siang.
Baca: Tak Ada Unsur Pidana Dalam Kasus Arteria Dahlan
Selain Drs. Cornelis,. M.H narasumber dalam acara ini juga ada Yessy Melania, SE Anggota DPR RI Komisi IV dan Raida Tokoh Dayak Balik (Kepala Adat Besar Dayak Paser Kaltim) dan Penanggap Dr. Andersius Namsi, Ph.D (Wapres Bidang Internal MADN), Tamunan Kiting, SE, MM (Ketua Umum DAD DKI Jakarta) dan Zainal Arifin, Amd (Anggota DPD/Ketua Umum DAD Kaltim).
Dalam kesempatan itu Cornelis menyampaikan mengenai masalah pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Khususnya Kalimantan Timur di Penajam Paser, bahwa Pemindahan IKN ini adalah berkah bukan malapetaka dan kita harus berpikir secara positif dalam menanggapi ini semua.
"Karena di Indonesia ini mungkin ada satu kota atau kota-kota yang ada di Indonesia ini, tidak terciptakan secara terencana dan sistematis, tetapi IKN sekarang ini memang telah dirancang atau direncanakan dengan sedemikian rupa," ujar Cornelis.
Lebih lanjut Cornelis mengatakan memang letaknya Kalimantan itu posisinya sangat strategis untuk menjadi IKN, dengan demikian bagaimana kita menghadapi persoalan ini.
"Cara menghadapi persoalan ini kita harus mengambil bagian. Bagaimana cara kita mengambil bagian itu, yaitu dengan cara kita harus bersatu dan dilanjutkan action, sehingga kita tidak tertinggal karena ini adalah kepetingan negara dan bangsa bukan kepentingan sekelompok orang saja," terang Cornelis.
Dirinya juga mengatakan jika takut tersingkirkan, mulai dari sekarang harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, zaman, dan dapat menguasai ilmu pengetahuan atau pun teknologi. Mulai dari situlah kita bisa menguasai segala perdagangan dan anak-anak muda kita harus dilatih, dididik bagaimana mereka mampu berdaya saing dengan yang lainya.
"Mengenai tanah-tanah kita, ya tentu harus dibayar oleh pemerintah, apakah itu tanah adat atau pun tanah lainya, memang sudah ada aturan mainnya dan itu nantinya akan diselesaikan oleh kepala badan otorita, dan kepala badan otorita ini lah yang nantinya akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembangunan IKN ini," katanya.
Anggota Komisi II DPR RI itu juga menyampaikan pembangunan IKN ini mungkin tidak akan selesai sampai tahun 2024 karena ini kepentingan jangka panjang dan saya tidak tau pasti apakah pasir penajam posisinya ini apakah dekat lautan atau dekat pantai, tetapi jika dekat dengan pantai itu juga harus hati-hati, dikarenakan yang dikhawatirkan di 50 tahun atau 100 tahun kedepan itu bisa tengelam.
"Jadi bagi masyarakat kita yang ada di sana, saya anjurkan kita tidak bisa pasrah, kita harus berjuang, kerja keras dan bersatu. Untuk anak-anak, mulai dari awal harus dididik, dilatih mulai dari kesehatan dan pemberian gizi baik, agar anak tidak stunting," tegas Cornelis.
Cornelis meminta untuk betul-betul siapkan sumberdaya manusia kita untuk kedepanya, supaya kita tidak kalah untuk bersaing, sebab di era sekarang ini, kita tidak bisa berpasrah dan harusnya bekerja keras dan berjuang, yang paling terpenting lagi kita harus bersatu, harus kompak. Jangan ada perbedaan karena agama ataupun jabatan. Tetapi bagaimana Dayak itu harus bisa kompak untuk menghadapinya, kalau kita tidak kompak dan bersatu bisa-bisa kita punah.
Baca: Adian: Bongkar Pasang Dirut BUMN Hambat Kinerja Anak-Cucu
"Saya berpesan kepada masyarakat adat dayak jangan pernah lupa pada jati diri sendiri dan tidak boleh pasrah, mengenai aturan-aturan lainya, pemerintah tidak akan keluar dari aturan main yang sudah ditentukan undang-undang, seperti istihalah yang pernah di sampaikan oleh bapak Amir Machmud yaitu "rule of the game" yaitu aturan main," tukas Cornelis.
Dan yang terpenting bahwa Pemindahan Ibu Kota Negara di dunia ini sudah tidak aneh ataupun heran lagi, sambung Cornelis, karena banyak negara besar yang telah memindahkan Ibu kota negaranya, seperti Negara Brasil pemindahan Ibu Kota Rio de Janeiro ke Brasília, Negara Swiss sudah pindah beberapa kali dan yang paling dekat dengan kita itu adalah Malaysia sudah memindah Ibu Kota Negaranya, tetapi kota-kota bisnis dan kota metropolitannya tetap di Kuala lumpur.
"Demikian juga di negara lain, jadi kita tidak usah berpikir negatif, tetapi berpikir yang positif, selain itu bagaimana kita untuk menyikapinya dan bagaimana kita berperan, tentu saya katakan lagi kuncinya adalah bagaimana kita bersatu, kita melatih diri dan bekerja keras, kita berusaha sekuat tenaga agar kita tetap menjadi yang terdepan di IKN nantinya," tutup Cornelis.
Kontributor; yogen sogen