Ikuti Kami

Demokrasi di Indonesia Sering Kali Jadi ‘Problem Solving’ 

Ketika ada perbedaan yang sangat tajam termasuk hal yang berkaitan dengan etnisitas, keagamaan.

Demokrasi di Indonesia Sering Kali Jadi ‘Problem Solving’ 
Seskab saat pidato pada acara Pisah Sambut Direktur Eksekutif Kemitraan, di JS Luwansa Hotel, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (4/3). (Foto: Humas/Agung).

Jakarta, Gesuri.id - Seskab, Pramono Anung, menyampaikan bahwa demokrasi yang ada di Indonesia sering kali menjadi problem solving dari persoalan demokrasi itu sendiri. 

“Ketika ada perbedaan yang sangat tajam termasuk hal yang berkaitan dengan etnisitas, keagamaan, isu-isu yang sensitif ujungnya selesai dengan bagaimana proses pendewasaan demokrasi itu terjadi,” tutur Seskab saat pidato pada acara Pisah Sambut Direktur Eksekutif Kemitraan, di JS Luwansa Hotel, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (4/3). 

Baca: Sabam: Sistem Demokrasi di Indonesia Berbeda dengan Eropa 

Contoh yang paling ekstrem, menurut Seskab, adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur DKI Jakarta, serta Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. 

Dengan partisipasi di Pilpres 2019 hampir 81%, lanjut Seskab, merupakan partisipasi tertinggi, terbesar, dan terbanyak di seluruh dunia. 

“Jadi Pak Jokowi bahkan Pak Prabowo kalau dijumlah orangnya yang memilih Pak Prabowo pada waktu itu lebih banyak dibandingkan yang memilih Trump atau Clinton,” jelas Seskab. 

Artinya, sambung Seskab, proses demokrasi di Indonesia sudah mengalami proses pendewasaan dan ini menjadi anugerah bersama. 

Walaupun yang mungkin juga menjadi pekerjaan rumah bersama, lanjut Seskab, sekarang ini politik identitas perlahan-lahan semakin menonjol karena orang selalu melakukan pendekatan memberikan previlige kepada kelompok mayoritas dibandingkan minoritas. 

Baca: Demokrasi di Indonesia Dikuasai Pemilik Modal

“Suku menjadi hal yang dipertimbangkan dalam memilih, agama dipertimbangkan dalam memilih. Mudah-mudahan dalam proses rasionalitas yang bisa dilakukan dalam demokrasi ini, ini juga mendewasakan bangsa kita di dalam memilih pemimpinnya,” urai Seskab.

Quote