Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI, Dewi Aryani melakukan upaya negosiasi ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana agar ada penambahan pasokan air ke sawah petani dari Waduk Cacaban.
Bahkan, Dewi Aryani turun langsung ke sawah menemui petani di Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng, Selasa (29/8).
Di hadapan para petani, Dewi Aryani menghubungi via pemanggilan video dengan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Harya Muldianto.
Baca: DeAr Gelar Sosialisasi Program Bangga Kencana
"Sesuai hasil dialog dengan Kepala BBWS Pemali Juana Pak Harya, disepakati penambahan air 1.000 liter per detik selama dua minggu,''kata Dewi Aryani.
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, dengan adanya kebijakan penambahan air tersebut, sekitar 75 persen lahan dari total 450 hektare terselamatkan.
"Saya datang langsung karena mendengar keluhan langsung dari para petani yang meminta tolong agar panen kali ini tidak gagal, harapan hanya itu saja. Mereka hanya ingin airnya ditambah sedikit terutama yang dialiri ke lahan pertanian selama dua minggu,"kata Dewi Aryani kepada AyoTegal.
Disampaikan oleh Dewi Aryani, penyelamatan tanaman yang sudah telanjur ditanam petani harus diutamakan.
''Jangan sampai ada kegagalan dua kali musim. Ini diselamatkan dulu, soal musim tanam berikutnya petani bisa menyesuaikan dengan tata pengelolaan air ya seperti menanam palawia karena diprediksi ini kemaraunya panjang,''jelasnya.
Menurut Dewi Aryani, petani bisa memilih menanam yang lain terutama yang tidak membutuhkan banyak air, seperti menanam palawija, jagung, dan masih banyak lagi.
Saat ditanya soal manajemen pengelolaan air bagi petani, Dewi Aryani menegaskan, program yang harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah adalah menjaga lingkungan agar sumber daya air tidak berkurang.
Baca: Deddy Dampingi Sudin Resmikan Pulau Pasaran
''Sseperti berhenti menebangi pohon, kemudian penghijauan harus masif dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini dinilai bisa dilakukan untuk mencegah kekurangan air,''paparnya.
Di tempat yang sama, Pengelola Debit Waduk Cacaban Kabupaten Tegal, Samad, menerangkan bahwa Waduk Cacaban mengairi sekitar 7 ribu hektar lahan pertanian di lima kecamatan yakni Kedungbanteng, Pangkah, Tarub, Suradadi dan Kramat.
"Kekeringan lahan dan krisis air baru terjadi tahun ini karena adanya fenomena El Nino. Sebelumnya, ada suplai air hujan minimal sebulan sekali sehingga tidak sampai terjadi kekeringan, baru tahun ini terjadi kekeringan dan krisis air," ujar Samad.
Menurutnya, debit air di Waduk Cacaban dulu bisa sampai 50 juta meter kubik, namun kini turun menjadi 45 juta meter kubik kapasitas limpas.