Jakarta, Gesuri.id - Sisi ekosistem usaha dan bisnis di sektor pertanian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini tampak semakin membaik di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Terbukti berdasarkan data yang diumumkan BPS, neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia tahun 2018 mencapai surplus USD 10 miliar dan ekspor komoditas melonjak sebesar USD 29 miliar.
Hal tersebut dikemukakan anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Mindo Sianipar, beberapa waktu lalu.
"Kinerja pangan kita di masa pemerintahan Presiden Jokowi menuai bukti banyak kemajuan. Berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi," ujar Mindo.
Menurut Mindo, dengan lonjakan neraca perdagangan pertanian termasuk ekspor komoditas, memiliki dampak kepada kesejahteraan petani dan menurunnya kemiskinan di pedesaan.
"Jadi berbagai persoalan merugikan petani yang bisa menghambat produksi pangan sekarang kelihatan dicari solusinya. Itu ikut menaikkan angka neraca perdagangan," ucap Mindo.
Mindo mengungkapkan, ada beberapa kebijakan sektor pertanian kini yang dinilai mendorong surplusnya neraca perdagangan. Bahkan juga menuju ketahanan pangan nasional.
Telah banyaknya regulasi yang dicabut oleh Pemerintah, ucap Mindo, sebab menghambat investasi pertanian ikut pula mempengaruhi peningkatan produksi pangan.
"Kan data BPS mengatakan kalau investasi pertanian tahun 2018 naik 110 persen. Investasi tumbuh, produksi bagus, akhirnya bisa bersaing di perdagangan internasional," ujar Mindo.
Ditambah lagi, ungkap Mindo, ketegasan Pemerintah menindak pelaku nakal impor pangan. Sehingga ekosistem bisnis terjaga dan sesuai aturan.
Guna informasi, BPS mendata bahwa neraca perdagangan pertanian tahun 2018 berhasil surplus USD 10 miliar. Kemudian, nilai ekspor pertanian tahun 2018 menanjak menjadi sebesar USD 29 miliar.
Untuk volume ekspor tahun 2018 juga naik 42,5 juta ton. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2017 yakni 41,3 juta ton.