Jakarta, Gesuri.id - Komisi VI DPR RI segera memanggil manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk menanyakan kinerja badan usaha milik negara (BUMN) tersebut.
"Betul, Garuda memang merugi. Yang saya dengar ruginya sekarang mengecil, nah apakah demikian dan dikarenakan apa, kita juga belum sempat memanggil Garuda di bulan-bulan terakhir ini," kata anggota Komisi VI DPR RI Adisatrya Suryo Sulisto. di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (17/3).
Baca: Darmadi Soroti Membengkaknya Utang di Sejumlah BUMN
Ia mengharapkan dalam waktu dekat, Komisi VI DPR RI akan memanggil manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan menanyakan kinerja maskapai penerbangan pelat merah tersebut.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga ingin mendengarkan penjelasan dari pihak Garuda terkait dengan kelanjutan pembelian pesawat produk Boeing seri 737 Max 8.
Dalam hal ini, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berencana membeli 50 pesawat seri 737 Max 8 dan baru terkirim satu unit sehingga masih tersisa 49 unit yang harus dikirim oleh Boeing hingga tahun 2030.
"Saya tetap mengutamakan 'safety' untuk penumpang, 'safety' untuk masyarakat, sudah dua kali insiden Boeing 737 Max 8 ini terjadi, waktu bulan Oktober di (negara) kita, lalu yang terakhir di Afrika, yaitu di Ethiopia," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Menurut dia, pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda itu sebaiknya jangan diterbangkan dulu (grounded, red.) sampai benar-benar diteliti dan diketahui kesalahannya.
"Kalau yang saya ketahui, ini kan sangat teknis sekali kesalahan-kesalahan di dalam pesawat itu sendiri, kita juga belum sempat tentunya memanggil Garuda untuk menanyakan kelanjutan ini. Jadi kalau masih ada tanda tanya, lebih baik jangan," kata Adisatrya.
Baca: BUMN Merugi Bisa jadi ada 'Penugasan' dari Pemerintah
Ia mengatakan pihaknya harus mendengar penjelasan dari pihak Garuda lebih dulu dan tentunya BUMN tersebut juga harus menanyakan ke pihak Boeing selaku produsen terkait dengan penyelesaiannya.
"Kalau ini (Boeing 737 Max 8, red.) sekarang dianggap sebagai pesawat yang tidak aman, ya tidak diteruskan, kalau belum ada penjelasan yang konkret dan jelas dari Boeing. Juga bagaimana ke depan, apa yang akan terjadi terhadap pesawat ini, kita mau mendengar langsung dari pihak Garuda dan Boeing tentunya," ujarnya.