Jakarta, Gesuri.id - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjadi sorotan sebagian pihak baru-baru ini.
Sorotan itu berkaitan dengan draft naskah buku Kamus Sejarah Jilid I yang disusun Kemendikbud sebelum kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Dalam Kamus Sejarah itu, tak ada nama pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari. Hal itu memicu protes sebagian pihak. Bahkan, beberapa tudingan miring pun dilayangkan ke arah Hilmar.
Baca: Beginilah Sejarah Kopiah Hitam Bung Karno Bermula
Hilmar menyatakan, ketiadaan nama tokoh pendiri NU itu murni kealpaan atau kekeliruan yang tak disengaja dalam penyusunan kamus tersebut.
Untuk memperbaiki hal itu, Kemendikbud telah menarik keberadaan Kamus yang terbit pada 2017 itu dari peredaran, termasuk dari website Rumah Belajar Kemendikbud.
Menanggapi polemik tersebut, Direktur Institut Sarinah Eva Kusuma Sundari menilai Hilmar Farid adalah sosok yang membawa nilai pembaharuan.
"Bung Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan yang berbudaya dan banyak kerja, membawa nilai pembaharuan," ujar Eva di akun Twitternya, baru-baru ini.
Eva melanjutkan, indikator performance dari Hilmar pun terukur. Hal itu membuat 'gerah' para pihak yang 'menikmati' masa lalu.
"Terus maju, terus naikkan mutu! Tuhan bersamamu," ujar Eva.
Hilmar Farid sendiri, sebelum menjadi Dirjen Kebudayaan Kemendikbud pada 2015, terkenal sebagai seorang aktivis, sejarawan, dan pengajar Indonesia.
Baca: Harapan Megawati Agar Sejarah 1965 Diluruskan, Logis!
Setelah menjadi Dirjen Kebudayaan, Hilmar telah menunjukkan beberapa kinerja positif nya.
Salah satunya, Hilmar menggagas Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Kongres itu digelar dengan tujuan membendung intoleransi dan konservatisme yang semakin meningkat, dan di beberapa tempat mulai mengancam keberadaan tradisi dan budaya asli yang dianggap tak sesuai dengan ketentuan agama tertentu.
Pada 2019, Hilmar juga menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional dengan acara antara lain, ekshibisi atau pameran permainan tradisional, pawai budaya, kompetisi permainan rakyat, konferensi pemajuan kebudayaan, serta pergelaran karya budaya bangsa.