Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan penelitian ulang terhadap semua kemasan pangan yang menggunakan bahan etilen glikol dalam proses pembuatannya termasuk kemasan galon PET.
Hal itu dipicu peristiwa meninggalnya sejumlah anak di Gambia, Afrika Barat, yang diduga mengalami gagal ginjal akut misterius akibat mengkonsumsi obat batuk yang mengandung dietilen glikol dan etilen glikol.
Baca: Itet & Kemenkes Gelar Vaksinasi Booster di Desa Banjarejo
“Terhadap kemasan pangan yang berpotensi mengandung etilen glikol, karena itu bisa menyebabkan bahaya kesehatan pada anak-anak seperti yang terjadi di Gambia, BPOM perlu melakukan suatu kajian atau penelitian lagi untuk mengetahui kadar etilen glikol di dalam produknya,” ujarnya.
Selama ini beberapa kelompok tertentu gencar mendorong potensi kandungan BPA pada polikarbonat padahal BPOM juga mencantumkan potensi bahaya Etilen Glikol dalam kemasan plastik PET.
Menurutnya, penelitian terhadap kemasan pangan yang mengandung etilen glikol ini sangat diperlukan meskipun sudah diberikan ijin edar mengingat terus berkembangnya ilmu pengetahuan.
“Data-data empiris harus dilakukan termasuk penyebab anak-anak kita yang tengah mengalami gangguan penyakit ginjal akut. Jadi, saya kira hal-hal yang menyangkut itu tidak salah BPOM melakukan satu kajian yang melibatkan peneliti dari universitas yang sangat berkompeten,” paparnya.
Baca: Ipuk Tinjau Rumah Warga Terdampak Banjir
Hanya, dia meminta agar masyarakat tidak terlalu panik dengan adanya kejadian di Gambia. Karena, menurutnya, ada batas-batas zat berbahaya dalam produk pangan itu yang bisa ditoleransi.
“Tapi, saya mendorong agar tetap dilakukan penelitian terhadap kemasan-kemasan pangan yang mengandung etilen glikol sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi potensi-potensi yang tidak diinginkan seperti kejadian di Gambia itu terjadi di Indonesia,” katanya.