Jakarta, Gesuri.id - Komitmen Pemda Buleleng Bali yang membangun ruang terbuka hijau dengan menghadirkan patung Bung Karno, di area publik seluas dua hektar cukup menarik.
Akses warga masyarakat Buleleng yang digratiskan manfaatkan ruang terbuka hijau yang ada perlu juga diwujudkan di DIY.
"Senang juga akhirnya, di Buleleng ada semangat Bung Karno yang digelorakan. Kita pahami bagaimana Bung Karno tidak mudah lelah. Ini setelah perjalanan hampir 4 jam dari kantor Gubernur Bali ke Buleleng, terhibur dengan perjalanan indah dan disambut suguhan jagung, kacang rebus, strawberry dan lain-lain," kata Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto.
Baca: Eko Harap Kepolisian Makin Dekat Dengan Rakyat
Sesuai agenda kegiatan kunjungan Komisi A DPRD DIY bersama insan media ke Bali, ada perjalanan yang panjang sebelum sampai ke tempat kelahiran Ida Ayu Nyoman Rai Srimben,ibunda Bung Karno, di Buleleng.
Eko mengakui cukup melegakan karena Pemda Buleleng punya komitmen hebat dalam menggelorakan semangat dan pemikiran Bung Karno.
"Pemda Buleleng kita lihat tidak saja berupaya meneruskan cita-cita harapan Bung Karno. Di Buleleng ada banyak ruang terbuka hijau dan dihadirkan patung Bung Karno. Ini bisa jadi inspirasi bagi Pemda DIY untuk lebih banyak sediakan dan bangun ruang terbuka hijau bagi masyarakat," kata Eko.
Di Buleleng, keberadaan ruang terbuka dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dengan ikon Bung Karno adalah wujud komitmen yang sangat hebat. Apalagi jika melihat kondisi lokasi ruang terbuka hijau yang luas.
"Kita jarang nemu tempat nongkrong seluas dua hektar, dikelola baik dan masyarakat bisa manfaatkan, menikmati pemandangan yang ada. Ada patung Bung Karno, yang jadi simbol hadirkan semangat jaga NKRI, jaga Bhinneka Tunggal Ika. Rasanya Pemda DIY, bisa lengkapi ruang terbuka hijau model demikian, ini bisa jadi inspirasi untuk bangun, bagaimana memanfaatkan lahan DIY, di Yogyakarta dihadirkan museum tokoh bangsa. Sekarang Sleman bagian selatan dan Bantul utara yang padat penduduk jelas butuh ruang terbuka hijau. Memang, kini ada embung yang dibangun, bisa dilengkapi dan dikembangkan dengan ikonik tokoh bangsa, seperti Bung Karno," kata Eko.
Santosa Suparman, perwakilan media di DIY menyatakan upaya menggelorakan implementasi pemikiran Bung Karno penting dijalankan oleh semua.
Baca: Eko Suwanto Desak Pemda Gelorakan Pancasila
"Kita napak tilas lagi, melihat dari dekat bagaimana Bale Agung, tempat kelahiran Ibunda Bung Karno, melengkapi napak tilas dan sinau Pancasila yang selama ini dijalankan, seperti yang dikerjakan Pemda Buleleng," kata Santosa Suparman.
Sementara itu, perwakilan keluarga Bung Karno di Buleleng menjelaskan bagaimana awal cerita kisah pertemuan Raden Soekemi, seorang guru Sekolah Rakyat dengan ibunda Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben.
"Ada cerita kisah cinta beliau, Ibu Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, keluarga di Bale Ageng itu sedikit fanatik dalam pengertian tidak bisa keluar. Sementara Raden Soekemi itu guru di Sekolah Rakyat, sering ke Pura Bale Ageng. Setelah saling kenal, saling cinta beliau menikah dengan Raden Soekemi seorang guru, keluarga juga setuju. Anak pertamanya, Bu Wardoyo dan anak kedua adalah Bung Karno yang lahir di Surabaya," kata Made Budi.