Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanti menyoroti soal tingginya harga beras yang menimbulkan kelangkaan di Indonesia.
Kata Evita, sejatinya permasalahan tingginya harga beras ini harus ada pihak yang bertanggung jawab. Tidak perlu ada salah menyalahkan pihak.
Pernyataan itu disampaikan Evita saat rapat kerja Komisi VI bersama Menteri Perdagangan RI (Mendag) Zulkifli Hasan.
"Ini yang saya ingin dengar dari bapak-bapak bukan presentasi bapak-bapak. Sekarang salah siapa? Salah petani? Salah pedagang? Terhadap permasalahan ini. Jangan kita jadi salah-salahan," kata Evita dalam rapat kerja, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Lebih lanjut, Evita juga menyinggung kalau angka impor beras yang dilakukan Indonesia saat ini tertinggi sepanjang sejarah.
Akan tetapi kata dia, meski angka impor tinggi namun harga beras tak juga terjangkau bagi masyarakat.
"Impor kita beras kita begitu tinggi impor tertinggi sepanjang sejarah 25 tahun ini impor tertinggi kita untuk beras," kata dia.
"Sudah impornya tinggi harga berasnya juga tinggi harusnya input itu kita lakukan untuk untuk mampu mengendalikan harga beras," sambungnya.
Tak hanya itu, dirinya juga menyinggung soal fenomena El-Nino yang kerap dijadikan alasan oleh pemerintah.
Kata dia, jika memang permasalahannya El Nino harusnya negara lain seperti Malaysia dan Singapura mengalami hal serupa.
"Pak Mendag tadi bilang salah elnino, (tapi) kenapa harga beras di Singapore dan Malaysia stabil?" kata dia.
Atas hal itu, Evita meminta agar pemerintah bisa memberikan solusi yang pasti terhadap permasalahan perut rakyat Indonesia ini.
Dirinya menegaskan, rakyat jangan terus diberikan narasi soal pengaruh El Nino melainkan adanya langkah yang konkret dan jalan keluar.
"Terus untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang ada bapak-bapak akan lakukan apa itu yang ingin kita ketahui Sebenarnya sekarang ini kita tahu permasalahan kita," kata dia.
"Kita jangan dibodoh-bodohin dengan alasan elnino. Kenapa bisa stabil di negara lain," tukas Evita.