Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait sama sekali tidak menggubris ocehan Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon soal karhutla.
Fadli Zon di acara ILC, Selasa (18/9), menyebut Jokowi lemah dalam kepemimpinan dan mengatasi kebakaran hutan. Demikian dilansir jateng.tribunnews.com, Rabu (18/9).
Baca: Bang Dhin Ajak DPRD & Masyarakat Kalsel Atasi Karhutla
Namun, apa reaksi Maruar Sirait? Ia hanya diam, tak mau menyela dan membantah.
Lalu, Fadli Zon menegaskan bahwa persoalan karhutla adalah masalah luar biasa.
"Dan kita sudah menyaksikan sendiri testimoni dari para korban di berbagai provinsi, bahwa persoalan ini bukan persoalan biasa tapi luar biasa," ujar Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan bahwa tahun 2015 dirinya pernah ke Palangkaraya dan menginap, situasi saat itu penuh kabut asap
"Saya tahun 2015 pernah langsung datang ke lokasi kebakaran hutan, di Kabupaten Pulang Pisau waktu itu, dengan jarak pandang yang sangat terbatas sekali, menginap di Palangkaraya waktu itu penuh dengan asap," paparnya.
Saat itu, Fadli Zon merasa sulit hidup di tengah kepungan kabut asap.
"Saya kira untuk menginap semalam saja susah sekali apalagi kalau berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan," ungkap Fadli Zon.
Fadli Zon mengaku prihatin dengan karhutla yang terjadi, padahal menurutnya presiden sudah mengatakan bahwa kasus karhutla bisa diatasi namun tidak demikian.
"Ini adalah satu keprihatianan bersama kok bisa terulang lagi. Padahal presiden berkali-kali dalam berbagai kesempatan mengatakan ini sudah bisa diatasi dan tidak terjadi lagi,Ternyata tidak demikian," ujarnya.
Fadli Zon kemudian mengatakan setuju atas ucapan Anggota DPR RI PDIP, Maruarar Sirait.
"Nah saya ingin mengutip apa yang disampaikan oleh Ara, 'Negara tidak boleh kalah oleh mafia' tapi kenyataaannya kalah melulu, kenapa kalah melulu? Saya kira persoalannya yang kita bicarakan ini adalah akibat-akibat tapi tidak merujuk kepada penyebab," sebut Fadli Zon.
Fadli Zon menegaskan bahwa karhutla merupakan persoalan kepemimpinan.
Ia juga tampak menyindir Jokowi yang sering marah karena masalah karhutla namun tak bisa menyelesaikan problem tersebut.
"Salah satu penyebabnya saya kira adalah persoalan leadership, leadership nasional, kepemimpinan nasional, ternyata presiden sendiri marah tidak efektif," sindir Fadli Zon.
Fadli Zon menyebut Jokowi kerap marah tapi kebakaran hutan terus terjadi.
"Kalau presiden marah sekali harusnya selesai persoalan ini. Ini marah berkali-kali tapi kebakaran hutan jalan terus," ujarnya.
Fadli Zon lantas mengutip pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyebut kebakaran hutan karena ulah manusia.
Data BNPB juga menyebut setelah hutan terbakar itu, kebanyakan lahannya dijadikan kebun.
"Dan kebakaran hutannya kenapa? Tadi juga sudah disimpulkan, 99 persen kata BNPB karena manusia. Ini data yang menurut saya sangat penting," kata Fadli Zon.
"Plus 80 persen hutan yang dibakar atau kebakaran itu dijadikan kebun. Jadi saya kira faktor kesengajaan sangat tinggi sekali dalam hal ini," ujarnya.
Fadli Zon menekankan bahwa persoalan yang utama yakni soal kepemimpinan.
"Karena itu persoalannya adalah di leadership-nya, kepemimpinan nasional, kepemimpinan di daerah itu sangat penting," ujar Jokowi.
Dia lantas menuturkan apa yang dilakukan Jokowi justru memperlihatkan bahwa pemerintah kini lemah.
"Jadi mungkin Pak Jokowi ini masih kurang efektif. Jangan terlalu sering marah-marah tapi tidak ada hasilnya, itu percuma. Itu menunjukkan itu justru weak leadership," ulasnya.
Fadli Zon lantas mengatakan bahwa soal karhutla ini ada 3 ironi.
Ironi pertama menurutnya, yakni saat pemerintah sibuk memindahkan ibukota namun bencan asap terus terjadi, kedua soal hukum dan regulasi terkait karhutla, ketiga upaya pemerintah mengajukan peninjauan kembali padahal terbukti salah di pengadilan tinggi," ujarnya.
Diketahui, Polri sudah menetapkan ratusan tersangka yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) se-Indonesia. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa para tersangka terdiri dari individu dan korporasi.
"Total tersangka yang diamankan atau disidik oleh jajaran adalah sebanyak 185 tersangka secara perorangan dan untuk korporasi 4 sebagai tersangka," kata Dedi di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (16/9).
Dedi mendetail ratusan tersangka itu usut di sejumlah Polda se-Indonesia. Pertama di Polda Riau terdapat 47 tersangka perseorangan dan satu tersangka korporasi. Polda Sumatera Selatan ada 18 tersangka individu.
Baca: Presiden Jokowi Gelar Salat Minta Hujan di Pekanbaru
"Polda Jambi ada 14 tersangka individu sementara korporasi nihil. Kemudian Polda Kalimantan Selatan ada 2 tersangka individu," ungkap dia.
Selanjutnya di Polda Kalimantan Tengah terdapat 45 tersangka individu dan 1 tersangka korporasi. Terakhir Kalimantan Barat ada 59 tersangka individu dan 2 tersangka korporasi.
Dari total tersangka tersebut sebanyak 95 kasus sudah masuk proses sidik dan 41 kasus masuk ke dalam Kejaksaan Penuntut Umum. Terakhir 2 kasus sudah dalam tahap pelimpahan dan 21 kasus dalam tahap penyerahan barang bukti kasus.