Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan, Ferdinand Hutahaean, menanggapi kabar soal batalnya investasi konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG Energy Solution dalam proyek baterai listrik di Indonesia.
Menurut Ferdinand, keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Ia bahkan menyampaikan sindiran terkait posisi Indonesia dalam rantai pasok bahan baku.
"Korea batalkan investasi battery? Saya ngga heran," kata Ferdinand di X @ferdinand_mpu, Selasa (22/4/2025).
Ia kemudian menyinggung soal kepemilikan nikel yang selama ini menjadi komoditas andalan dalam ekosistem baterai kendaraan listrik.
Ferdinand mengklaim, kendati nikel diambil dari tanah Indonesia, namun penguasaan pasarnya disebut bukan berada di tangan bangsa sendiri.
"Nikel ya bukan punya kita, belinya dari China," ucapnya.
Sebelumnya, Konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin oleh LG Energy Solution akhirnya membatalkan keterlibatannya dalam proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, dengan nilai mencapai sekitar 11 triliun won atau setara USD 7,7 miliar, atau sekitar Rp129,9 triliun jika mengacu pada kurs Rp16.876 per dolar AS.
Menurut laporan dari Yonhap News Agency, konsorsium tersebut terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, serta sejumlah mitra lainnya.
Diketahui mereka telah menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia dan beberapa perusahaan BUMN untuk membangun ekosistem baterai EV yang terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir.
Proyek ini dirancang untuk mencakup seluruh tahapan rantai pasok dari penyediaan bahan mentah, pembuatan prekursor, bahan katode, hingga produksi sel baterai.
Mengingat Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan bahan utama baterai EV, proyek ini semula dipandang sebagai langkah strategis.
Namun, sumber dari industri menyebut bahwa keputusan penghentian proyek diambil setelah melalui diskusi dengan pemerintah Indonesia.
Salah satu alasan utama yang dikemukakan adalah perubahan dalam dinamika industri global, termasuk fenomena yang disebut sebagai "jurang EV" yakni perlambatan atau jenuh sementara dalam permintaan kendaraan listrik secara global.
Dari sisi dalam negeri, Holding BUMN sektor pertambangan, MIND ID, membenarkan bahwa LG telah menarik diri dari pembentukan joint venture (JV) dalam proyek yang dikenal dengan nama Proyek Titan, bagian dari megaproyek pembangunan ekosistem baterai EV nasional.
Hal ini diungkapkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI pada 17 Februari 2025 lalu.
Dalam pemaparan PT Indonesia Battery Corporation (IBC), disebutkan bahwa pembatalan proyek berkaitan langsung dengan keputusan konsorsium Korea tersebut.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, menyampaikan secara terbuka bahwa Proyek Titan batal akibat mundurnya Konsorsium LG dari JV tersebut.
Sumber:fajar.co.id