Jakarta, Gesuri.id - Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mengaku pernah berdebat hebat dengan Menteri Kesehatan (Menkes) saat pandemi Covid-19 karena ingin membuka data Covid-19 kepada masyarakat.
Kala itu, ia menyatakan ada dua pilihan. Pertama, menutup data agar publik tenang. Kedua, buka data tetapi publik akan cemas. Akhirnya, Ganjar memilih yang kedua.
"Ketika publik tidak tahu, apa harus kita lakukan, mau pakai yang mana? Kita tipu publik agar dia tenang, atau kita beri kejujuran tapi cemas. Saya pilih yang kedua, maka saya debat habis-habisan soal data. Karena kita tidak pernah jujur dengan data," kata Ganjar saat menghadiri Kuliah Kebangsaan yang digelar di Fakultas Ilmu Sipil dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) di Depok, Jawa Barat,
Baca: 3 Bandara Dibangun di Era Ganjar
Ganjar berpendapat, membuka data ke publik sangat penting agar publik mau patuh saat diminta memakai masker dan mencuci tangan, maupun menerapkan protokol-protokol kesehatan yang lain
Di sisi lain, mantan Gubernur Jawa Tengan ini mengatakan, membuka data penting untuk kepentingan riset di masa depan. Menurutnya, dengan data yang benar, maka keluaran (output) atau solusi yang dihasilkan pun mampu menangani masalah.
"Jangan kita membohongi siapa pun. Emang gampang kita komunikasi dengan mereka (warga)? Pak kami kalau di rumah makan apa? (Beri) Bansos. Saya terinspirasi kemudian membuat lapak ganjar karena itu, untuk menjualkan produk UMKM," ujar Ganjar.
"Bagaimana kita integrasikan komunikasi publik ketika kemudian sudah ada caranya, (saya waktu itu bilang ke warga), 'bapak, ibu harus di rumah, harus pakai masker. Besok saya lewat sini, bapak, ibu enggak pakai, tak bubarin ini'," katanya lagi.
Baca: Abdy Jelaskan Kenapa Ganjar Pranowo Layak Jadi Presiden RI
Namun, Ganjar tidak memungkiri bahwa keputusannya disorot oleh banyak pihak. Bahkan, pengelola data di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) empat kali datang ke Jawa Tengah untuk menemuinya terkait hal itu.
Hanya saja, Ganjar justru meminta pengelola data untuk memasukkan seluruh data Covid-19 di Jawa Tengah.
"(Tapi pengelola bilang begini), 'Maaf Pak Ganjar, kalau (data) ini dimasukkan besok pagi, Jawa Tengah akan tertinggi seluruh dunia'. Saya tidak peduli. Saat itulah terjadi perdebatan keras dengan Menkes," ujar Ganjar.