Semarang, Gesuri.id – Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang tetap kondusif pascapemilu 2019. Pasalnya, masyarakat di Jateng suka berkomunikasi, bersilaturahmi, adem ayem, menjunjung tinggi persaudaraan, gotong royong, menghormati orang tua dan para kiai, serta ber-tabayun.
“Para pemimpin di Jateng ini dari berbagai unsur atau elemen sering menggelar pertemuan untuk bertabayun. Sehingga, terwujudlah Jateng seperti ini,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat diwawancarai Metro TV, di ruang kerja Gubernur, Jumat (24/5).
Baca: Temukan Makanan Berformalin, Ini Pesan Ganjar
Membandingan Kota Salatiga yang dikenal dengan kota toleran dan Solo sebagai daerah yang mudah bergejolak. Ganjar menjelaskan, di dua kota itu dihuni mahasiswa dari seluruh Indonesia. Salatiga lebih mirip Yogyakarta sebagai representasi Indonesia.
Sedangkan Solo, sejak dahulu berdiri organisasi-organisasi seperti SI merah, SDI dan kota dagang. Akan tetapi, soal kegiatan CFD, Solo terbaik di Indonesia.
Ganjar pun meminta kepada Forkopimda untuk selalu mewaspadai munculnya ideologi di luar Pancasila. Tak hanya pada daerah-daerah tertentu saja, namun ke semua daerah di Jateng.
Menurutnya, ideologi di luar Pancasila tumbuh di banyak tempat. Pemantauan dan pengendalian pun terus dilakukan bersama instansi terkait.
Baca: Ganjar Banggakan Industri Rambut Palsu Purbalingga
“Walisongo dahulu mengajarkan kebaikan, dan mereka banyak menerima pencerahan budaya maupun kultural. Sebagai tokoh ulama yang sangat dihormati, mereka membawa budaya bernuansa njawani tetapi religius. Ada nyadran, sebagai salah satu bentuk keguyuban atau mempersatukan warga,” tandasnya.
Ulama kharismatik Gus Muwafiq, kata Ganjar, pernah menyatakan bahwa Jateng diuji berkali-kali dengan beragam isu untuk memecah belah umat, tetapi tetap adem ayem. Hal itu menurutnya, masyarakat Jateng telah teruji dan dewasa dalam menyikapi beragam hal.