Jakarta, Gesuri.id – Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan generasi muda Jakarta Timur harus melestarikan nilai Pancasila terutama tentang toleransi dan tepo seliro. Nilai ini mengajarkan pentingnya harmoni dalam kehidupan bermasyarakat melalui prinsip toleransi, dan tepo seliro (tenggang rasa). Di tengah masyarakat yang multikultural, penerapan tepo seliro dan toleransi ini menjadi kunci menjaga persatuan dan kedamaian.
"Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman agama, suku, dan budaya. Toleransi menjadi salah satu bentuk nyata dari penerapan sila pertama. Masyarakat hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki keyakinan yang berbeda. Seperti yang terlihat di Jakarta Timur, di mana warga Muslim, Kristen, dan Konghucu saling menghormati dan merayakan hari besar keagamaan bersama," ujar Putra Nababan (6/3) di Jakarta
Menurut Putra, tepo seliro atau tenggang rasa adalah nilai luhur yang diajarkan dan sejalan dengan sila pertama Pancasila. Nilai ini mengajarkan pentingnya memahami perasaan orang lain dan tidak melakukan hal yang dapat menyakiti atau merugikan sesama. "Tepo seliro itu seperti prinsip hidup untuk saling menjaga dan menghormati," katanya.
Baca: Ganjar Tegaskan Seluruh Kader PDI Perjuangan Taat Pada Aturan
Tepo seliro, atau tenggang rasa, adalah nilai luhur yang berasal dari budaya Jawa dan sejalan dengan prinsip Pancasila, terutama sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab." Nilai ini mengajarkan kita untuk selalu mempertimbangkan perasaan orang lain, bersikap empati, dan menghindari tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan sesama. Berikut adalah beberapa cara menerapkan tepo seliro dalam kehidupan sehari-hari:
"Dalam berinteraksi, terutama di lingkungan sosial atau pekerjaan, kita sering dihadapkan pada perbedaan pendapat. Tepo seliro mengajarkan kita untuk menghargai pendapat orang lain meskipun berbeda dengan kita. Misalnya, saat berdiskusi, hindari memotong pembicaraan atau bersikap sok benar. Dengarkan dengan seksama dan berikan respons yang bijak," katanya.
Tepo seliro juga mengajarkan untuk peduli terhadap kondisi orang lain. Jika ada tetangga atau teman yang sedang mengalami kesulitan, tawarkan bantuan tanpa diminta. Ini adalah wujud nyata dari rasa empati dan solidaritas. Contoh membantu tetangga yang sedang sakit dengan mengantarkan makanan atau obat dan menawarkan bantuan kepada teman yang sedang kesulitan memahami pelajaran atau pekerjaan.
Baca: Ganjar Ingatkan Presiden Prabowo Untuk Berhati-hati
"Menghargai waktu orang lain adalah bentuk lain dari tepo seliro. Jangan sampai kita membuat orang lain menunggu terlalu lama atau merasa tidak dihargai karena ketidakdisiplinan kita," katanya.
Selain itu, tepo seliro juga berarti menghormati batasan dan privasi orang lain. Jangan terlalu ikut campur dalam urusan pribadi seseorang tanpa izin. Contoh tidak membuka atau membaca pesan orang lain tanpa izin dan tidak menyebarkan rahasia atau masalah pribadi orang lain. "Sikap ramah dan sopan adalah cerminan dari tepo seliro. Dengan bersikap baik, kita menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis bagi semua orang," katanya.
Tepo seliro adalah nilai yang sangat relevan dalam kehidupan modern, terutama di tengah masyarakat yang semakin individualistik. Dengan menerapkan tepo seliro, kita tidak hanya menciptakan keharmonisan dalam hubungan sosial, tetapi juga berkontribusi pada terwujudnya masyarakat yang adil, beradab, dan penuh empati. "Mulailah dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, karena setiap tindakan baik akan memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain," pungkasnya.