Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VII DPR-RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) meminta pemerintah melawan diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap produk biodiesel Indonesia.
Akibat diskriminasi itu, ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa merosot hingga 70%.
Baca: Ganjar-Mahfud Bersilaturahmi ke Kantor KWI
"Diskriminasi terhadap biodiesel Indonesia, melalui beragam cara seperti kampanye renewable energi directive (RED), tuduhan anti dumping pengenaan bea masuk tambahan, sampai regulasi bebas deforestasi atau European Union Deforestation-free Regulation (EUDR), menunjukkan Uni Eropa memang sengaja membidik biodiesel Indonesia," tegas Gus Falah, Rabu (6/3).
Karena itu, Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan pemerintah Indonesia tak boleh diam menghadapi diskriminasi oleh Uni Eropa tersebut.
Apalagi, Uni Eropa sudah berkali-kali mengganggu Indonesia dalam perekonomian. Sebelumnya, mereka juga menggugat kebijakan Indonesia soal nikel ke WTO.
" Mereka tampak jelas masih berwatak neo-kolonial, mengganggu Indonesia yang mereka anggap tak sejalan dengan kepentingan mereka, karena itu kita harus melawan, baik dengan cara keras maupun soft," tambah Gus Falah.
Cara 'keras', sambung Gus Falah, bisa diwujudkan dengan melanjutkan, bahkan memperhebat gugatan terhadap Uni Eropa di WTO, khususnya terhadap kebijakan Renewable Energy Directibe II (RED II), Delegated Regulation UE, serta Undang-Undang anti deforestasi.
Baca: Ganjar Beberkan Banyaknya Koperasi Bobrok di Indonesia
Sedangkan, sambung Gus Falah, perlawanan yang soft bisa dilakukan dengan mengupayakan agar jaminan anti diskriminasi terhadap produk-produk Indonesia bisa masuk dalam Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA).
"Kesepakatan ini khan ditargetkan rampung tahun ini, seharusnya Pemerintah mampu menekan Uni Eropa agar meniadakan diskriminasi dalam bentuk apapun, terhadap produk-produk kita, termasuk biodiesel," tegas Gus Falah.