Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Muchamad Nabil Haroen angkat bicara menanggapi tampilnya bakal calon presiden yang didukung Partai Perindo Ganjar Pranowo dalam tayangan Azan Maghrib siaran televisi.
Dia menuturkan, tayangan tersebut merupakan gambaran riil dari keseharian Ganjar Pranowo, tidak ada yang ditambah-tambahkan.
Baca: Mahfud Ungkap Isi Obrolan Saat Ngopi Bareng Ganjar
“Itu merupakan kondisi nyata dari ritual keseharian Mas Ganjar Pranowo, sebagai seorang yang dibesarkan dari kultur Islam tradisional dan nasionalis. Ganjar Pranowo memang seorang yang religius, ia sosok yang sebenarnya santri secara tradisi. Jadi, memang bukan seolah-olah, tapi itulah gambaran religiusitas Mas Ganjar Pranowo,” kata Gus Nabil Haroen dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/9/2023).
Gus Nabil mengatakan, identitas Islam dari Ganjar Pranowo itu bagian dari keseharian mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut. “Identitasnya sebagai orang Jawa, yang beragama Islam, memang kan nyata adanya. Nah, identitas Islam itu kan boleh saja. Identitas Islam sebagai bagian dari keseharian, itu kan wajar,” kata Gus Nabil yang juga sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI).
Dia mengatakan, identitas Islam itu berbeda dengan politik identitas. Dia menambahkan, jika yang pertama memunculkan secara proporsional dari apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai bagian dari hak, maka kalau politik identitas inilah yang harus dibatasi atau harus ada etikanya.
Baca: PDI Perjuangan Optimistis Ganjar Akan Memenangi Pilpres 2024
"Mas Ganjar Pranowo tidak melakukan politik identitas, ia hanya memunculkan identitasnya sebagai seorang muslim,” tutur Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan ini.
Lebih lanjut dia mengatakan, Ganjar Pranowo itu juga bagian dari keluarga santri. “Mertuanya juga seorang Kiai, yang mengasuh pesantren dan bagian dari jaringan keluarga santri yang cukup besar,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, Ganjar juga dekat dengan kiai-kiai di berbagai kawasan. “Beliau sering sowan dan ngaji dari kiai-kiai. Semisal, almarhum Kiai Maimun Zubair, Kiai Mustofa Bisri, Gus Baha, Habib Luthfi bin Yahya dan beberapa kiai lain,” pungkasnya.