Garut, Gesuri.id - HaloPuan meluncurkan "Gerakan Melawan Stunting" di 12 desa, yang dipusatkan di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut.
Kegiatan ini menyosialisasikan bahaya dampak stunting (atau kondisi balita gagal tumbuh) dan manfaat bubuk daun kelor sebagai asupan makanan tambahan super kepada 200 ibu hamil dan balita.
"Ibu Puan Maharani sangat peduli dengan kesehatan kaum perempuan dan anak-anak, sehingga melalui HaloPuan beliau ingin terus menyosialisasikan bahaya dampak stunting,” ujar relawan HaloPuan, Poppy Astari, Sabtu (6/11).
Baca: BMI dan Banteng Babel Gelar Aksi Donor Darah
HaloPuan memfokuskan Gerakan Melawan Stunting di Jawa Barat yang angka stunting-nya cukup tinggi, di kisaran 30-40%.
“Kami sudah melakukannya di Garut dan Sukabumi, Ke depannya kami akan bergerak ke Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Majalengka, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Bandung,” kata Poppy.
Meskipun berfokus di Jawa Barat, melalui penyebaran berita di media dan media sosial, HaloPuan berharap gaung Gerakan Melawan Stunting ini bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
“Ibu Puan Maharani memandang upaya menurunkan angka kejadian stunting tak bisa diserahkan kepada program pemerintah saja, tapi juga memerlukan keterlibatan peran warga masyarakat,” kata Poppy.
Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan ini, HaloPuan selalu berkolaborasi dan bergotong royong dengan puskesmas, bidan, kader posyandu, dan kader PDI Perjuangan di daerah-daerah.
“Semboyan kami di HaloPuan adalah ‘Bergerak Bersama Warga’ karena kami tahu tak mungkin bergerak sendirian,” lanjut Poppy.
Poppy menjelaskan bahwa stunting tidak hanya berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu keluarga, tapi lebih daripada itu dengan pola asuh dan pola makan. Jika orang tua merasa cukup dengan memberi balita atau anak-anak mereka makanan yang itu-itu saja, maka ketidakseimbangan gizi akan terjadi, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan.
Untuk itu, HaloPuan menggali kekayaan alam Nusantara dengan memperkenalkan manfaat daun kelor. Bubuk yang dibuat dari daun kelor sudah diakui kekayaan mikronutrisinya oleh Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
“WHO bahkan telah memanfaatkan bubuk kelor untuk mengatasi malnutrisi dan kelaparan di Afrika,” kata Poppy.
Menurut Poppy, di Flores Timur, Bupati Antonious Hadjon berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya dari 30% pada 2017 menjadi 10% pada 2021, antara lain karena mengkampanyekan pemanfaatan bubuk kelor sebagai asupan makanan tambahan di posyandu-posyandu.
Di Desa Sukajaya, Kabupaten Garut, yang menjadi salah satu wilayah fokus Gerakan Melawan Stunting HaloPuan, asupan bubuk kelor telah meningkatkan berat badan balita rata-rata 3-5 ons dan tinggi badan hingga 0,5 centimeter dalam waktu satu bulan. Bahkan Desa Sukajaya, dengan digerakkan oleh kepala desanya, telah mulai menanam pohon kelor di mana-mana.
“Kami berharap apa yang terjadi di Flores Timur dan Desa Sukajaya, Garut, bisa menjadi inspirasi bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia. Sehingga anak-anak tumbuh sehat dan cerdas untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” tandas Poppy.
Baca: HaloPuan Gelar Sosialisasi Dampak Buruk Stunting di Sukabumi
Kepala Desa Sanding, Heri Supriadin mengucapkan terima kasih kepada Puan Maharani dan timnya yang telah melakukan Gerakan Melawan Stunting, apalagi membawa bubuk kelor sebagai salah satu cara melawan stunting. Selama ini, menurutnya Desa Sanding hanya mengenal kelor sebagai jimat pengusir setan.
"Kami bertekad Desa Sanding akan bebas stunting pada 2023," kata Heri.
Camat Malangbong, Aliyudin, juga menyampaikan apresiasi kepada Puan Maharani dan tim yang telah memberi dukungan penanganan stunting di wilayahnya, terutama dengan adanya inovasi daun kelor.
"Insyaallah daun kelor cukup tersedia, tinggal bagaimana kita mengelolanya jadi makanan yang menarik. Kami mohon kepada Ibu Puan ini bisa dikembangkan dan bisa jadi faktor penurunan angka stunting," kata Aliyudin.