Ikuti Kami

Hardiyanto Kenneth Minta Distamhut Serius Pelihara Fasilitas Tebet Eco Park

"Saya minta kepada Distamhut Provinsi Jakarta agar bisa lebih memperhatikan dan melakukan pemeliharaan secara intensif di Tebet Eco Park.''

Hardiyanto Kenneth Minta Distamhut Serius Pelihara Fasilitas Tebet Eco Park
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth menyayangkan insiden pohon tumbang di Tebet Eco Park, Tebet, Jakarta Selatan. Menurutnya hal tersebut tidak akan terjadi jika Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Provinsi Jakarta rutin melakukan pemeliharaan pohon di sejumlah taman di Jakarta. Khususnya di Tebet Eco Park yang memiliki luas 7,3 hektare.

Diketahui sebuah pohon tumbang di Tebet Eco Park pada Jumat (24/5). Pohon tersebut menimpa seorang pengunjung wanita berinisial NA (28) yang tengah berekreasi hingga pingsan dan mengalami cedera. Korban yang merupakan warga Jakarta Timur itu kemudian segera dibawa ke Rumah Sakit Tebet untuk mendapatkan perawatan intensif.

"Saya minta kepada Distamhut Provinsi Jakarta agar bisa lebih memperhatikan dan melakukan pemeliharaan secara intensif di Tebet Eco Park. baik pohon dan juga fasilitas di sana," tegas Kenneth dalam keterangannya, Rabu (29/5/2024).

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Bang Kent itu menyoroti banyaknya keluhan pengunjung soal kondisi kebersihan. Salah satunya saluran air yang melintas di tengah Tebet Eco Park yang menimbulkan bau tak sedap, sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung.

"Setelah saya cek di lokasi, rupanya saluran air di Tebet Eco Park itu menampung alıran air dari mana saja, baik limbah dari rumah warga dan saluran air umum, ya wajarlah menjadi berbau, kalau tidak perhatikan dan di maintenance. Seharusnya ada perawatan yang rutin untuk membersihkan saluran air di sana karena masalah ini sudah pernah di keluhkan pada tahun 2022 silam, tetapi masih tetap tidak ada perbaikan dan penyelesaian sampai hari ini," terangnya.

Di samping itu, kata dia, pengunjung Tebet Eco Park juga mengeluhkan fasilitas, seperti jembatan gantung yang tak kunjung diperbaiki. Hal itu dinilainya cukup menyusahkan, karena pengunjung harus memutar cukup jauh. Kent menjelaskan beberapa lampu taman juga sudah rusak dan tidak menyala.

"Pengunjung juga mengeluhkan fasilitas jembatan gantung yang diperbaiki sudah sekian lama, tetapi tidak kunjung selesai, sampai sekarang di lokasi tersebut saya lihat masih terpasang rantai dan spanduk yang tertulis masih dalam proses pemeliharaan, akibatnya masyarakat tidak bisa menggunakan fasilitas jembatan gantung ini dan akhirnya membuat pengunjung yang hendak menyebrang harus memutar cukup jauh sekali, ini kan menurut saya cukup menyusahkan pengunjung ya," katanya.

"Kemudian saya melihat juga ada beberapa lampu taman yang sudah mati tetapi tidak diperbaiki, jadi kalau malam hari terlihat agak remang remang, menurut saya kondisi seperti ini rawan akan penyalahgunaan fungsi taman ini. dengan adanya kondisi ini menjadi salah satu bukti konkrit ketidak seriusan Pemprov dalam mengelola dan memelihara asetnya," tegas Bang Kent.

Padahal, Tebet Eco Park sempat ditutup untuk revitalisasi pada 2021 dan kembali dibuka pada 2022. Dia menilai revitalisasi yang memakan anggaran hingga Rp 40 miliar itu tidak membawa perubahan yang signifikan terkait perawatan pohon maupun terkait fasilitas yang ada di Tebet Eco Park.

Dia mengaku prihatin, apalagi Tebet Eco Park pernah mendapatkan penghargaan bergengsi dan bertaraf internasional, yaitu Design of The Year di President's Design Award 2023 Singapura, dan Gold Award pada Singapore Landscape Architecture Awards 2022 tetapi kondisi sekarang malah terlihat kurang terawat.

"Jangan hanya niat membangun membangun saja, tapi nggak bisa menjaga dan memelihara. Kalau caranya seperti ini, ya wajar saja banyak taman kita yang diselewengkan dan dipergunakan tidak semestinya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti salah satu contoh adalah kejadian di Taman Tubagus Angke, Jakarta Barat yang diselewengkan untuk kegiatan prostitusi, akibat dari Pemprov DKI yang kurang melakukan pengawasan dalam memelihara dan menjaga aset sendiri," katanya.

"Tebet Eco Park itu salah satu taman yang iconic dan andalan kota Jakarta, menjadi salah satu paru-paru kota yang mengusung konsep ekologi, sosial, edukasi dan rekreasi tetapi pada kenyataannya, jauh panggang dari api, sangat minim sekali pemeliharaan," paparnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan Jakarta itu pun menyayangkan sikap Pemprov Jakarta yang selalu bertindak jika sudah ada kejadian. Padahal hal tersebut seharusnya bisa diantisipasi secara dini.

"Jangan selalu sudah ada kejadian baru bertindak. Seperti yang terjadi baru baru ini, yang terjadi pada hari Jumat kemarin, kejadian pohon tumbang menimpa seorang ibu akibat ingin menyelamatkan anaknya, dan pohon tersebut saya lihat sekarang memang sudah di tebang, tetapi hasil kerjanya tidak tuntas dan akar pohon tersebut masih bisa membahayakan pengunjung Taman Ecopark, saya juga melihat tidak ada rambu-rambu petunjuk bahaya yang di pasang di sekitarannya. Seharusnya mereka bisa mengantisipasi secara dini agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari," terangnya.

"Jadi intinya harus ada evaluasi secara menyeluruh dan perhatian secara khusus dan serius terkait pengelolaan serta pemeliharaan taman taman yang terdapat di Jakarta, kemudian Distamhut juga harus melakukan perawatan secara berkala, baik di rawat 3 bulan sekali, atau 6 bulan sekali yang dilakukan terhadap pohon pohon yang ada di seluruh taman maupun di badan jalan, harus tuntas kerjanya biar di kemudian hari tidak muncul lagi kejadian kejadian yang merugikan," pungkas Ketua IKAL PPRA LXII Lemhanas RI ini.

Perlu diketahui sebelumnya, Tebet Eco Park dulunya hanya dikenal sebagai taman yang biasa bahkan nyaris tidak terurus, yang menyebabkan tak banyak warga yang tertarik untuk menjadikan taman sebagai opsi untuk rekreasi. Terletak di Jakarta Selatan dengan luas area sekitar 7,2 hektare, taman yang sebelumnya bernama Taman Tebet atau Taman Honda ini mulai direvitalisasi oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distanhut) DKI Jakarta sejak 2021, dan diresmikan oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta kala itu pada 23 April 2022.

Sebelum disulap menjadi semegah dan seindah sekarang, Tebet Eco Park ini dulunya mempunyai dua taman yang bernama Taman Honda dan Taman Bibit. Kedua taman inipun terletak berseberangan dan dipisahkan oleh Jalan Tebet Raya yang dilalui kendaraan.

Dengan kondisi yang terpisah seperti itulah tentu dinilai kurang produktif untuk warga yang ingin menikmati waktu mereka di taman, sehingga dibutuhkannya infrastruktur yang mampu menghubungkan kedua taman tersebut. Dengan menghabiskan dana sekitar Rp 40 miliar, Tebet Eco Park ini memiliki delapan zona unik yang tiap bagiannya dirancang dengan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

Adapun kedelapan zona tersebut yaitu Infinity Link Bridge, Community Garden, Children Playground, Community Lawn, Forest Buffer, Plaza, Thematic Garden, dan Wetland Boardwalk. Hal yang unik dari Tebet Eco Park ini adalah adanya jembatan berbentuk lambang infinity (tak terhingga) yang membentang diatas Jalan Tebet Raya yang menghubungkan zona utara dan zona selatan Tebet Eco Park.

Bahkan Tebet Eco Park ini bisa dikatakan lebih dari sebuah taman. Hal ini dikarenakan Tebet Eco Park adalah ekosistem dimana alam dan manusia saling berinteraksi dan melindungi dalam sebuah harmoni.

Sumber

Quote