Jakarta, Gesuri.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai pemikiran geopolitik Soekarno harus menjadi landasan pengambilan kebijakan politik luar negeri (polugri) dan pertahanan Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan negara.
“Pemikiran geopolitik Bung Karno pada dasarnya adalah ilmu kepemimpinan Indonesia bagi dunia dengan menggunakan tujuh instrumen kekuatan nasional yang harus terus disimulasikan menjadi keunggulan melalui diplomasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Hasto saat menjadi pembicara secara daring pada simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah-Afrika, di Tunis, Tunisia, Selasa (18/7).
Hasto mencontohkan dalam kebijakan pertahanan negara, Soekarno melakukan pembelian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dengan menggunakan pendekatan geopolitik yaitu posisi Indonesia yang strategis dalam kancah global.
Baca: Hasto Ajak Mahasiswa Unand Teladani Jiwa Kepemimpinan
Namun saat ini menurut dia, kebijakan pertahanan Indonesia melakukan pembelian alutsista, disebabkan hanya untuk kebutuhan belanja, tidak berdasarkan pendekatan geopolitik.
“Kalau pembelian alutsista murni untuk belanja tanpa pendekatan geopolitik maka Indonesia akan terus ketinggalan dengan Singapura. Karena belanja alutsista mereka jauh lebih besar dari kita,” ujarnya.
Dia mengatakan ada tujuh variabel dalam geopolitik Soekarno yang masih relevan diterapkan saat ini yaitu demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, koeksistensi damai, sains dan teknologi.
Menurut dia, dalam kebijakan polugri, Indonesia, cukup lama diplomasi yang dijalankan Indonesia kehilangan ruhnya karena dijauhkan dari pemikiran para pendiri bangsa.
Dia mencontohkan, lebih dari empat dasawarsa, Indonesia hanya fokus di ASEAN yaitu menjadi “big brother ASEAN”, padahal bisa lebih jauh melakukan diplomasi di tingkat internasional.
“Seharusnya ketika perang Rusia-Ukraina, Indonesia bisa menjadi fasilitator perdamaian. Lalu di kawasan Timur Tengah, bisa lakukan lobi-lobi politik. Kita datang ke Iran saja takut ‘disetrum’ Amerika,” katanya.
Baca: Hugua Minta Masyarakat Pilih Pemimpin Daerah Yang Berkarakter
Hasto juga menyoroti terkait kesepakatan Pelayanan Ruang Udara (FIR) antara Indonesia dengan Singapura. Menurut dia, kesepakatan FIR tersebut
Dia menilai negosiasi FIR yang dilakukan Indonesia dengan Singapura hanya sebatas persoalan bisnis, bukan berdasarkan pertimbangan geopolitik Soekarno.
“Kebijakan FIR kita salah karena negosiasi dengan pendekatan bisnis, khawatir dengan penanaman modal Singapura di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, dia menilai Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) harus lebih berperan dalam meletakkan dasar-dasar pemikiran politik Bung Karno dan Bung Hatta sebagai ruh pergerakan lembaga itu untuk menciptakan generasi yang “melek” geopolitik.